“Kalau kerja sendiri itu sepi… enakan rame-rame. Walau terkadang pada beberapa kesempatan membuat karya sendiri lebih enak karena kebebasan berkarya ada di tanganmu sendiri tanpa ada orang lain yang intervensi, tapi dengan kolaborasi kita jadi bisa mengasah kemampuan lebih dalam lagi.” – Ockto Baringbing
Sebelumnya Mas Ockto Baringbing sudah sharing tentang gimana masa kecilnya mempengaruhi kegemarannya terhadap komik, serta asal-usul komiknya, “5 Menit Sebelum Tayang”, yang memenangkan Silver Award di International Manga Award.
Apa kegagalan terbesar Mas Ockto sebagai kreator? Dan gimana menghadapinya saat itu?
Hmmm… mungkin bisa dibilang waktu setahun lebih setelah lulus kuliah tidak mencari pekerjaan untuk fokus membuat komik, tapi akhirnya menyerah pada keadaan karena himpitan ekonomi. Waktu mulai bekerja kantoran sih sempat putus asa, tapi pada akhirnya kecintaan saya sebagai komik membuat saya tetap melanjutkannya walau saat itu sudah bekerja. Mungkin bisa dibilang kalau bukan passion, pasti saya sudah lama meninggalkan komik. Jadi cara menghadapi kegagalan adalah tanyakan pada diri sendiri saja, passionmu apa? apa tujuan hidupmu? Gitu 🙂
Gimana pengalaman berkarya sebelumnya mempengaruhi karya yang satu ini?
Sama halnya tubuh yang semakin sering dilatih maka akan jadi semakin kuat. Semakin sering membuat karya maka karya selanjutnya akan memiliki hasil lebih ‘kuat’, lebih bagus. Saya bisa menulis 5 Menit Sebelum Tayang seperti ini karena saya sudah melatih kempuan bercerita dari karya-karya sebelumnya. Jadi lebih fasih dimana saya harus membuat cliffhanger, penempatan panel yang besar untuk memberikan impact, dan aspek-aspek lainnya.
Denger-denger, di Popcon Asia, Mas Ockto ada rencana mau launching komik yang berkisah tentang kerajaan Majapahit. Boleh kasih bocoran sedikit tentang cerita yang diangkat komik ini, dan apa yang ingin dikenalkan kepada pembaca dari komik ini Mas?
Hmm.. saya takut dimarahin bos kalau bocorin banyak-banyak, haha. Intinya kalau dari saya sendiri ingin memberitahukan ke rakyat Indonesia kalau kita pernah berjaya dan disegani bangsa lain. Jadi hilangkan perasaan inferior dan merasa apa-apa dari luar pasti lebih hebat, kita ini sebetulnya bangsa yang kuat!
Baca juga: Q&A: Arief Siregar dan Komik Digidoy, Ingin Me-“Medan”-Kan Dunia
Dalam pembuatan komik ini, Mas melakukan kolaborasi dengan banyak pihakkah? Lalu gimana beda rasanya kolaborasi dan kerja sendiri? Ada dampak positif seperti apa yang didapat dari kolaborasi Mas?
Iya, saya berkolaborasi dengan beberapa pihak. Kalau kerja sendiri itu sepi… enakan rame-rame. Walau terkadang pada beberapa kesempatan membuat karya sendiri lebih enak karena kebebasan berkarya ada di tanganmu sendiri tanpa ada orang lain yang intervensi, tapi dengan kolaborasi kita jadi bisa mengasah kemampuan lebih dalam lagi. Seperti saya, karena fokus di cerita, jadi waktu untuk menggambar bisa saya gunakan untuk melatih storytelling dan melakukan riset. Untuk penggambar tidak perlu pusing akan ceritanya, jadi bisa fokus melatih dan menghasilkan gambar dengan kualitas tinggi.
Tapi kolaborasi juga bisa membuat mandeg sebuah karya, umumnya yang terjadi apabila salah satu pihak tiba-tiba mundur saat karya masih dalam produksi, pecah karena beda pendapat, dll. Jadi mencari orang yang tepat untuk menjadi partner kolaborasi juga penting.
Dampak positifnya buat saya sih, bisa fokus mengembangkan potensi di satu bidang dalam hal ini storytelling. Kemudian waktu luang bisa dipakai untuk menghasilkan karya lain lagi. Dan tentunya disaat komik Indonesia masih berjuang melawan gempuran komik asing, kolaborasi tentunya lebih seru. Sama kayak jaman dulu kita berhasil mengusir penjajah ketika semua insan bersatu berkolaborasi demi meraih kemerdekaan bangsa dan negara setelah ratusan tahun berjuang sendiri-sendiri dan gagal :p
Baca juga: Q&A: Shani Budi, Membentuk Tim Nusantaranger Lewat Twitter
Header image credit: jepang-ku.com