Intinya, ada support dari orang tua juga yang berperan besar dalam menemukan passion saya. — Chinthya Anggraini
Industri kreatif itu gak kenal gender, perempuan juga bisa berkarya dengan dasyat di dunia industri kreatif. Nah, salah satunya adalah Chinthya sang illustrator. Ia aktif berkarya dalam suatu wadah yang bernama Sakaw Circle, wadah seniman dan kreator Indonesia untuk membuat berbagai karya, mulai dari doujinshi, merchandise, artbooks, dan original books. Yuk, baca Q&A dengan Chintya untuk ngulik gimana dia bisa jadi illustrator dan terus berkarya melalui Sakaw Circle,
Chinthya, gimana sih awalnya kamu jadi seneng gambar? Ada pengaruh dari keluarga gitu gak?
Dulu kecil, orang tua saya pernah ngajarin saya menggambar hewan-hewan kecil seperti laba-laba. Sederhana memang, tapi bikin ketagihan. Dan waktu saya TK, saya suka banget sama Sailor Moon sampai tiap kali ada kertas, saya selalu gambar Usagi (Sailor Moon). Untungnya orang tua saya nggak pernah melarang saya untuk menggambar. Selalu ada kertas tersedia kalo saya pengen gambar. Lama-lama jadi kebiasaan dan jadi hobi. Mama bahkan mendaftarkan saya ke kursus menggambar untuk anak-anak sampai saya SD kelas 4. Intinya, ada support dari orang tua juga yang berperan besar dalam menemukan passion saya.
Baca juga: Dennis Adishwara: Pekerja Kreatif Jangan Cuma Nunggu Orderan!
Apa sih alasan Chinthya dan teman-teman membuat Sakaw Circle?
Sakaw Circle sebenernya wadah untuk saya dan temen-temen yang lain untuk memulai usaha kecil-kecilan dari karya kami sendiri. Awalnya buat nambah uang jajan dari hobi, tapi ternyata bisa lebih dari itu. Dari circle ini, kita bisa dapet banyak kenalan dan bisa ketemu temen-temen online yang sebelumnya cuman bisa ngobrol lewat chatting aja.
Bagaimana proses kreatif sampai karya-karya di Sakaw Circle ini selesai?
Awalnya kita bagi pekerjaan berdasarkan proker (program kerja) masing-masing. Semuanya bebas mau bikin karya original maupun fanmade. Ada yang bikin dari karya lama, ada yang bikin baru. Mostly, kita bikin karya secara digital karena lebih mempersingkat waktu dan mudah di edit. Namun untuk soal konsep dan apa saja yang dibuat, itu tergantung masing-maisng artist. Karena hasilnya untuk masing-masing individu. Lalu kita pasang deadline kapan karya masing-masing harus selesai, lalu kita kumpulin dan siap untuk proses cetaknya.
Baca juga: Anggia Kharisma dan Pentingnya Berkolaborasi Dalam Industri Kreatif
Apa kegagalan terbesar Chinthya sebagai kreator?
Kegagalan.. Untungnya belum pernah (semoga nggak hehe). Tapi adanya kesulitan.
Kalau gitu, apa kesulitan terbesar dalam membuat karya untuk Sakaw Circle ini?
Kesulitan sih soal membagi waktu. Berhubung tugas kuliah cukup banyak, untuk membagi waktunya juga cukup susah. Selain itu soal pencetakan merchandise misalnya pin atau gantungan kunci juga menjadi kesulitan karena harus selesai beberapa minggu sebelum acara, sementara kita semua lagi sibuk ada yang mau ujian, ada yang mau kerja, dan lain-lain.. Membaginya itu yang cukup susah.
Terus, gimana Chinthya dan teman-teman mengatasinya?
Solusinya, pekerjaan yg berhubungan sama Sakaw Circle juga harus dibagi-bagi ke anggota-anggota yang lain.
Baca juga: Supaya Industri Maju, Kreator dan Publisher Cuma Harus Ketemu!
Gimana pengalaman berkarya sebelumnya mempengaruhi karya-karya Chinthya di Sakaw Circle ini?
Kalo pengalaman sih ada. Dulunya, cuman hobi kecil-kecilan aja bikin fanmade artworks (contohnya fancomic, merchandise). Bikinnya fanmade melulu. Tapi lama-lama mulai agak jenuh juga, jadi pengen bikin apa yang bener-bener saya mau. Dulu sih saya masih takut-takut untuk bikin karya original karena takut gak laku atau gak rame. Akhirnya malah terobos aja, bikin apa aja yang saya mau. Semoga makin ke depannya makin produktif dan makin semangat untuk bikin karya original. Hehe.
Image header credit: wallcoo.net