Mungkin banyak yang nganggep pop culture gak penting, komik gak penting, cuma lucu-lucuan doang, tapi gak ngebikin impact. *Ziliun ngapain sih bahas-bahas kreator komik lokal, padahal katanya harus bikin sesuatu yang bermanfaat.
Eits, jangan salah. Dengan popularitasnya, budaya populer (namanya juga populer) bisa membawa pengaruh positif, tergantung dari apakah budaya populer tersebut punya purpose. Di sini Ziliun dapat kesempatan ngobrol sama Arief Siregar, founder dari Komik Digidoy, komik asli Medan yang punya purpose me-”Medan”-kan dunia.
Bisakah ceritakan tentang komik Digidoy? Apa yang membuat komik Digidoy berbeda?
Latar belakang nama Digidoy itu adalah gabungan antara dua karakter yang kami bikin yaitu Digi dan Doy. Digi adalah makhluk luar angkasa yang kesasar di Medan, berbentuk telur pecah (yang menandakan bahwa telur adalah awal kehidupan), ketemu dengan Doy yakni anak mahasiswa yang ceroboh, suka galau. Dari sinilah awal perjalanan Digidoy. Pada bulan Maret 2014, cerita bergambar yang kami bikin untuk menghibur menceritakan tentang kegiatan sehari-hari orang Medan, mulai dari bahasa, hingga kelakuan orang Medan yang kami rasa unik.
Digidoy sempat vakum selama beberapa bulan dan pada bulan Desember 2014 kami mulai seriusin lagi komik ini, yakni dengan menambah tim di balik pembuatan Digidoy dan menambah karakter yaitu Bang Dev (orang yang lebih dewasa dari yang lain, melek IT) dan Coki (si anak kampung yang pengen sukses di Medan).
Bahasa yang kami gunakan adalah bahasa sehari-hari orang Medan. Ini adalah salah satu bentuk keunikan yang membuat Digidoy berbeda dengan komik lain, serta mengangkat wisata, budaya yang ada di kota Medan, karena Medan sebenernya kan multietnis.
Apa yang menjadi alasan dan tujuan kalian membuat karya ini?
Menghibur, ya menghibur orang dengan cerita bergambar itu awalnya alasan kami membuat ini, tapi menghibur aja gak cukup, jadi kami mencoba mengenalkan watak/karakter, bahasa, budaya, wisata kota Medan yang sebenarnya gak kalah dengan kota-kota lain. Apalagi gaya bahasa orang Medan, atau cakap Medan yang unik ini pasti lucu dan menarik untuk dikembangkan dan dikenalkan ke luar, dengan tujuan kami “Me-Medan-kan dunia”, jadi gak salah nanti bahasa Medan bisa dipake orang luar negeri *tertawa*
Baca juga: Q&A: Shani Budi, Membentuk Tim Nusantaranger Lewat Twitter
Berapa banyak anggota tim yang terlibat karya Digidoy dan apa saja peranannya?
Awalnya sih cuma berdua, mulai dibentuk bulan Maret 2014. Setelah vakum, bulan Desember 2014 kami coba lebih seriusin lagi dengan menambah tim, mulai dari rekrut komikus hingga penulis naskah. Gak banyak sih, cuma lima orang. Perannya ada yang sebagai komikus, admin, content creator, IT.
Bagaimana proses pembuatan karya Digidoy ini hingga akhirnya bisa selesai?
Proses pembuatan sama seperti yang lain, mulai dari ngumpulin ide cerita sampai yang bener-bener bisa dijadikan komik, dengan tingkat kelucuan khas Digidoy Komik. Setelah cerita udah mantap, langsung dieksekusi oleh komikus untuk dijadikan komik, tapi komiknya juga harus di-review sampai benar-benar layak publish, seperti me-review standar gambarnya. Karena ada beberapa komikus jadi style gambar harus benar-benar sama satu sama lain.
Siapa yang menjadi inspirasi kalian dalam dunia komik itu sendiri?
Inspirasi awal sih pastinya komik-komik Jepang mulai dari Dragon Ball, Doraemon, dan Eropa kayak Asterix. Kalo dari Indonesia sih ngelihat si Juki.
Apa tantangan terbesar dalam pembuatan Digidoy?
Tantangan terbesarnya adalah tingkat kelucuan pastinya, jadi harus betul detail gambarnya, bahasanya, gaya karakternya harus pas dengan ceritanya, jangan sampai udah di-publish jadi gak lucu kan… walaupun tingkat kelucuan bagi tiap orang orang pasti berbeda.
Apakah ada rencana untuk membuat karya lain?
Rencana Digidoy sih gak cuma ada komik, tapi juga ada merchandise, serta ke depannya akan membuat film animasi dan aplikasi game.
Apakah harapan Digidoy buat dunia komik di Indonesia?
Komik Indonesia sekarang mulai bangkit lagi, makin banyak karakter-karakter lokal yang muncul di social media. Harapan kami sih karakter komik Indonesia khususnya Digidoy bisa lebih terkenal menggantikan karakter-karakter luar negeri, karena pangsa pasar Indonesia ini besar kali.
Baca juga: Infografik: Top 10 Rising Stars in Indonesia Creative Industry
Digidoy akan menjadi ekshibitor di Popcon Asia 2015. Kunjungi Digidoy di booth AA39!