“A startup is an emotional roller coaster that can either result in massive failure or success, after which one’s bank account total may either drastically increase or decrease. The person behind a startup is a founder, an often very bright, somewhat crazy person who finds a normal 9-5 job dull and is deluded into believing he or she can change the world by working tirelessly in front of a computer screen. The relentless work has been known to shave a few years off a founder’s life while adding premature gray hairs, but it can be very rewarding both emotionally and financially for those who pursue it.” – Anonymous
Udah jadi rahasia umum kalau lo memilih jalan untuk membangun atau bekerja di startup, lo akan sering merasakan sakit yang gak dirasakan teman-teman korporat. Makanya, waktu itu kita pernah nulis kalau bikin startup itu cuma untuk mereka yang udah dewasa.
Nah lho?
Tapi pernah ada orang yang bilang sama saya kalau, “Semakin sulit dan semakin membingungkan, berarti kita ada di jalan yang benar”.
Supaya lo yang lagi bangun startup bisa ngerasa relate, dan supaya yang mau bikin startup, bisa ngatur ekspektasi, ini beberapa alasan kenapa bangun startup bikin lo pengen ngomong “Sakitnya tuh di sini!”
Baca juga: Working at Startup: Are You In for the Money or for the Values?
You have to keep having faith.
Seperti kata Blumenthal, suksesnya suatu startup itu not guaranteed, gak ada jaminannya, gak kayak kerja di korporat yang kalaupun suatu proyek gagal, masih ada cadangan aset yang banyak. Makanya, yang bikin sakit adalah lo harus terus having faith, yakin akan apa yang lo kerjakan.
Kalau yang imannya kurang kuat, jangan bangun atau kerja di startup deh!
Gak pernah ada cukup orang untuk ngerjain semua hal.
Di satu sisi, lo harus berkembang. Di sisi lain, harus efisien dengan gak hire terlalu banyak orang. Jatohnya, satu orang bisa ngerjain pekerjaan banyak banget! Ya, tapi itulah suka duka startup, gak pernah ada cukup orang untuk ngerjain semua hal. Tapi, kalau having faith kayak poin sebelumnya, bisalah ya tahan banting.
Your brain doesn’t stop thinking.
Di korporat gede, semua udah ada sistemnya. Job description udah jelas, seringnya simply ngikutin timeline dan brief dari atasan aja. Kalau di startup? Lo adalah desainer dari segala sistem dan mekanismenya. Otak lo gak akan berhenti berpikir, karena dipaksa buat terus menentukan arah mau dibawa kemana si startup.
And honestly, that’s the exciting part. Itulah kenapa startup gak untuk semua orang, tapi cuma untuk mereka yang udah dewasa! Seperti kata CEO Homejoy, Adora Cheung, a startup is a state of mind…
Baca juga: Bikin Startup? Modal Uang Ngga Cukup!
Header image credit: growhack.com
Comments 2