Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Komunitas Lubang Jarum: Fotografi dengan Rasa, Bukan Teknik Semata

PutribyPutri
20/03/2015
in Story
0
Komunitas Lubang Jarum: Fotografi dengan Rasa, Bukan Teknik Semata
Share on FacebookShare on Twitter

Pantas jika Leonardo Da Vinci menyatakan: “Siapa yang akan percaya dari sebuah lubang kecil, kita dapat melihat alam semesta“, karena terbukti kamera lubang jarum mengajak kita untuk berada dalam suatu ruang yang cukup luas untuk olah pikir, olah rasa dan bahkan olah fisik.

Kamera Lubang Jarum adalah kamera yang bisa dibuat dari kaleng atau dus yang dilubangi sebatang jarum. Di Indonesia, kamera ini dikembangkan kembali oleh fotografer Ray Bachtiar Dradjat. Pada tahun 2002, ia mendirikan Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI), yaitu perkumpulan pemain kamera lubang jarum yang hingga kini sudah tersebar di 30 kota di Indonesia.

Di Indonesia, pada tahun 1997, saat teknologi digital mulai berkembang pesat, Ray Bachtiar Dradjat yang sudah menggunakan kamera digital karena tuntutan pekerjaannya sebagai fotografer profesional mulai resah. Ray tidak anti-digital, tapi punya pandangan bahwa pendidikan fotografi di Indonesia sebaiknya mengetahui dasarnya terlebih dahulu.

Maka, berawal dari sukses memotret pagar depan rumah tinggal menggunakan kamera lubang jarum kaleng susu 800 gram, Ray menggelar workshop perdana tahun 2001 di lokasi pembuangan sampah Bantar Gebang, yang berlanjut dengan penerbitan buku berjudul “MEMOTRET dengan KAMERA LUBANG JARUM” di tahun yang sama.

Baca juga: Fotografi, Cara Paling Jitu Memamerkan Destinasi

RelatedPosts

Halosis 2.0 Bikin Usaha Kecil Jadi Lebih Maju Lewat Artificial Intelligence.

7 Strategi Marketing Online yang Dibutuhkan Entrepreneur

Image credit: lifestyle.kompasiana.com

Ray menyebut pinhole camera dengan sebutan Kamera Lubang Jarum karena konsep dasar inovasinya berbeda. Ray tidak terlalu mempermasalahkan “teknik”, tapi mencoba menularkan “rasa yang mendalam” dengan menggunakan kata kunci khas Indonesia: “secukupnya”. Selanjutnya, digelarlah workshop tour “gerilya” di Jawa, Bali, hingga Makassar, dan pada 17 Agustus 2002 ia memproklamirkan KOMUNITAS LUBANG JARUM INDONESIA (KLJI) sebagai komunitas para pemain dan pengguna kamera lubang jarum di Indonesia. 

Sebagai sebuah filosofi, komunitas ini sebenarnya tidak mempersoalkan masalah “kamera”, tapi makna “lubang jarum”-lah yang mereka garis bawahi. Karena lubang jarum bisa berarti kondisi saat sulit datang bertamu dan pada saat seperti itu kita harus mampu meloloskan diri. Pantas jika Leonardo Da Vinci menyatakan: “Siapa yang akan percaya dari sebuah lubang kecil, kita dapat melihat alam semesta“, karena terbukti kamera lubang jarum mengajak kita untuk berada dalam suatu ruang yang cukup luas untuk olah pikir, olah rasa dan bahkan olah fisik. Tetapi ruang itu harus kita penuhi dengan aksi-aksi nyata.

Pada buku kedua yang diterbitkan Gramedia dalam bentuk majalah edisi spesial Chip Foto Video bertajuk “RITUAL FOTOGRAFI” tahun 2008, Ray menekankan bahwa fotografer harus melek digital tapi tetap menggarisbawahi pentingnya berproses dengan kamera lubang jarum. Bahkan pada peluncuran buku tersebut digelar workshop kamera lubang jarum tingkat lanjut yang selalu dicita-citakan sejak berdirinya KLJI: mencetak foto dengan teknik cetak penemu fotografi, William Henry Fox Talbot, abad 19, Saltprint.

Baca juga: Kunci Membangun Komunitas Dari Founder Fotografer.Net

Dengan misi melahirkan kreator dan instruktur yang berkualitas, juga jika suatu masa bahan kamera lubang jarum seperti kertas foto, developer, dan fixer, tidak lagi diproduksi akibat pasar yang berubah menjadi full digital, popularitas kamera lubang jarum tidak akan lenyap bahkan seperti lahir kembali. Seperti sejarah lahirnya kamera beberapa abad lalu.

Bagi Indonesia yang kaya akan bahan baku dan orang-orang kreatif, peristiwa seperti itu bukan sebuah khayalan. Membangkitkan kembali proses salt print, albumen print, cyanotypedan, dan banyak lagi, sepertinya bukan masalah besar. Pada awal 2010, KLJI Bandung bangkit dengan inovasi kamera rakitan dari karton. Makin melekatlah moto “Membuat Tidak Membeli”.

Jika efek kamera lubang jarum disebutkan tidak akrab lingkungan, justru hikmahnya adalah kita dapat menyisipkan pesan dan memperkenalkan cara menangani limbah yang ditimbulkan dalam proses fotografi analog dengan benar. Kamera lubang jarum mengajarkan kita menata limbah dan puing dunia menjadi lebih berarti. Kamera lubang jarum mengingatkan kita akan dunia materi yang fana sekaligus menjadi alat untuk pendidikan jiwa, penggemblengan rasa, dan eksplorasi kreativitas bagi para kreator fotografi Indonesia.

Baca juga: Naik Kelas dengan Kolaborasi Antar Komunitas


Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di blog pribadi Andi Gunawan dengan judul Komunitas Lubang Jarum Indonesia


Header image credit: skinkpinhole.com

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: Articlesfotografikamera lubang jarumKLJIkomunitaskomunitas lubang jarum indonesiaprofileray bachtiar dradjat
Previous Post

Hear hear, leaders!

Next Post

Fenomena Batu Akik: Menyikapi Irasionalitas Berjamaah

Next Post
Fenomena Batu Akik: Menyikapi Irasionalitas Berjamaah

Fenomena Batu Akik: Menyikapi Irasionalitas Berjamaah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d