Aplikasi yang dikembangkan di dunia selama ini banyak manfaatnya, mulai dari meningkatkan produktivitas manusia, sampai memberikan hiburan kalau lagi bosen. Sekarang tinggal pilihan masing-masing developer, mau bikin aplikasi seru-seruan, apa yang bisa meningkatkan kualitas hidup banyak orang?
Ga harus tinggal di Jakarta untuk tahu bahwa ibukota kita ini banyak banget masalahnya. Yang paling jelas, ya macet. Pemerintah udah terus berusaha bikin busway, memperbagus KRL, tapi orang-orang tetap memilih naik kendaraan pribadi, dengan berbagai alasan. Selain itu, kesehatan dan pendidikan juga menjadi dua isu krusial di ibukota. Walaupun Jakarta kota metropolitan, akses ke kesehatan dan pendidikan masih minim bagi sebagian kalangan.
Kalau kita punya rasa empati yang tinggi, tentu ga mau ngeliat ibukota tercinta tempat belajar dan cari uang ini terus-terusan “kejam” sama penduduknya. Itulah mengapa Google Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan Android One Hack for Impact, sebuah kompetisi bikin aplikasi untuk menyelesaikan tiga masalah sosial di Jakarta: pendidikan, kesehatan, dan transportasi publik.
Baca juga: Game di Indonesia, Sekarang dan Akan Datang
Gak kayak Hackathon umumnya yang cenderung hanya jadi ajang gengsi, pembuktian diri, seru-seruan, dan memacu adrenalin, Hack for Impact fokus ke satu tujuan besar: bagaimana menciptakan dampak lewat teknologi. Itulah kenapa ini sama sekali bukan hackathon di mana para developer dituntut kebut-kebutan bikin aplikasi keren, karena Hack for Impact ingin aplikasi yang dibikin itu maksimal: maksimal kualitasnya, maksimal impact-nya.
Dari 50 tim developer yang diundang mengikuti Demo Day pada 29 Maret 2015 kemarin di Conclave, sepuluh aplikasi berhasil menjadi yang terbaik, yang dinilai ga hanya dari kompleksitas aplikasi secara teknis atau UI/UX, tapi juga dari dampak yang dihasilkan dalam menyelesaikan isu yang ada.
Baca juga: Jangan Lagi Jadikan Usia Sebagai Excuse
Dari Hack for Impact, dihasilkan banyak banget aplikasi yang bermanfaat, mulai dari aplikasi untuk mempertemukan donatur darah dan resipien yang membutuhkan, sampai aplikasi sistem gawat darurat terintegrasi layaknya 911.
Memang, pada akhirnya, hanya ada tiga aplikasi terbaik yang dapat hadiah dan penghargaan, yaitu BIT (aplikasi crowd GPS untuk jadwal bis), Vaccine Time (aplikasi edukasi dan reminder untuk waktu vaksinasi anak), dan Appaja (“Waze”-nya transportasi umum di Jakarta). Namun, esensi dari Hack for Impact bukanlah tentang lomba-lombaan, tapi tentang mempertemukan berbagai stakeholder: developer, swasta (Google Indonesia), dan pemerintah (Pemprov DKI Jakarta), supaya bisa saling mengerti kebutuhan masing-masing untuk mencapai visi bersama.
Sekali lagi, sekarang tinggal pilihan masing-masing developer, mau bikin aplikasi seru-seruan, apa yang bisa meningkatkan kualitas hidup banyak orang?
Baca juga: Technology Trendsetter in The Heart of The Valley
Header image credit: Tim Ziliun.com