“People misinterpret what I say all the time: They think I’m being offensive, when really, I’m only being opinionated.” – Taylor Momsen
Kata cowok-cowok, cewek itu paling suka bilang “terserah”.
Terserah-terserah tapi terus pas orang lain udah ngambil keputusan baru deh bilang gak mau.
Well, mungkin ini emang nature-nya perempuan. Antara memang indecisive, susah ngambil keputusan, atau mungkin ngetes-ngetes cowok, “Kira-kira dia tahu apa yang gue mau gak, ya?”
Baca juga: Orang yang Tersesat, Belum Tentu Tersesat
Ya, gapapa sih, ga ada salahnya. Tapi bahaya kalau kebiasaan ngomong “terserah” ini jadi kebawa-kebawa sampai ke hal-hal yang penting.
Kalau perempuan memegang suatu peran atau posisi penting di mana dia bisa dengan strategis menentukan arah suatu kebijakan, atau suatu organisasi, masa mau bilang “Terserah”?
Iya, memang ada orang lain yang bisa take the decision for you. Katakan ada banyak laki-laki yang lebih bisa mengambil keputusan dan lebih tegas untuk menentukan arah kebijakan. Tapi, you women got things they don’t have. Biasanya perempuan lebih punya hati, lebih people-oriented (gak hanya task-oriented), dan lebih punya attention to details.
Kalau perempuan membiarkan laki-laki terus yang mengambil keputusan, hanya karena lebih gampang ngomong “terserah”, sama aja dengan mengecilkan peran dan kapabilitas perempuan yang mestinya saling melengkapi dengan laki-laki. Gimana kalau dari keputusan-keputusan tersebut, ada pihak-pihak yang dirugikan, atau detail-detail yang terlewat, yang semestinya bisa diatasi kalau aja perempuannya mau coba ikut andil mengambil keputusan.
Menurut lo orang suka gitu, sama cewek yang manut melulu?
Baca juga: Diam Belum Tentu Emas, Ayo Speak Up Your Ideas!
Oke, mungkin gue close-minded. Perempuan jaman sekarang udah gak gitu lagi kok.
Tapi, masih banyak orang di luar sana (dan gak cuma perempuan, yang laki-laki juga), yang bersembunyi di bawah comfort yang disediakan oleh orang-orang lain yang biasa mengambilkan keputusan untuk mereka.
Gue bukan cuma bicara dalam konteks organisasi kampus, atau kantor, tapi juga di kehidupan sehari-hari, kayak keluarga atau teman misalnya. Jangan sampai lo selalu membiarkan keluarga lo take important decision for you. Bahkan di antara teman-teman lo, untuk hal-hal sekecil, “Mau ngumpul di mana nih malam ini?”, jangan selalu ngomong “terserah”.
If you want to be a female leader, any kind of leader (kalau mau ya..), semua itu dimulai dari tahu apa yang lo mau.
Dan tahu apa yang lo mau, dimulai dari berhenti ngomong “terserah”..
Baca juga: Dengerin Orang atau Bodo Amat?
Header image credit: lifeofpix.com