Seorang entrepreneur dapat diibaratkan layaknya King Midas, raja yang memiliki kemampuan mengubah apapun yang disentuhnya menjadi emas. Tapi, perbedaan antara King Midas dan entrepreneur adalah faktor keajaiban. Jika King Midas memang memiliki keajaiban, seorang entrepreneur menciptakan keajaiban bagi dirinya sendiri untuk menciptakan emas.
Mendengarkan sharing dari Gibran Huzaifah (founder dan CEO eFishery.com) seperti menonton sebuah acara stand-up comedy. Saat bercerita tentang perjalanannya sebagai entrepreneur di The Backstage (06/05), Universitas Telkom, selain membuat peserta gak berhenti tertawa, Gibran membuat profesi entrepreneur terdengar gampang dijalani. Padahal, Gibran yang mengaku gak pernah berpikir panjang ini, punya determinasi yang sangat tinggi dalam memajukan bisnisnya, sesuai prinsip yang ia percaya: the best business plan is the one that is started.
Bermula dari untung Rp. 65.000
Gibran memulai ceritanya dengan sebuah pernyataan: ICT (teknologi) adalah value yang bisa mengubah industri, bukan cuma sebagai sebuah industri.
Terinspirasi dari mata kuliah Akuakultur di kampus, alumni Biologi ITB ini terinspirasi dari dosennya yang yakin bahwa 5-10 tahun lagi, ikan lele pasti akan jadi menu di restoran-restoran besar. Gibran yang gak bisa lupa dengan prediksi ini akhirnya mulai mencari kolam yang bisa digunakannya untuk beternak lele. Kolam pertama yang disewanya hanya butuh biaya Rp 400.000 per tahun. Gibran berhasil memanen 130 kg lele di panen pertamanya.
Baca juga: Kesalahan Startup Pemula Menurut Para Founder Senior
Walaupun awalnya mulus, Gibran ternyata kesulitan menjual hasil panen lele ini, karena tempat-tempat makan lele sudah punya langganan tetap di tengkulak. Gibran pun menjual ke tengkulak dengan harga rendah dan hanya mendapatkan keuntungan Rp 65.000 per bulannya (“Pantas harga kolam cuma Rp 400.000 setahun,” kata Gibran). Ia mendapati fakta bahwa produksi peternak ikan seringnya kurang optimal dan susah untuk mencari pasar untuk ikan hasil panennya, kebanyakan peternak akhirnya menjual ke tengkulak dengan harga rendah.
Gak putus asa, Gibran pun berinisiatif merambah dunia kuliner, sebagai solusi untuk menciptakan pasar sendiri bagi ikan lele produksinya. Ia membuat produk kuliner Dorry yang melakukan rebranding lele menjadi jenis makanan modern seperti katsu, nugget, dan sebagainya. Dari kampus ke kampus, ia menjajakan kuliner lele ini.
Over-feeding is his chance
Saat sedang mencari “ilmu” lebih jauh mengenai lele dan akuakultur, Gibran bertemu seseorang yang dipanggil Pak Haji Ben. Konon katanya, si Pak Haji ini menguasai ribuan kolam di berbagai kota dan kabupaten di Jawa. Dari Pak Haji Ben, ia mendapati fakta bahwa ternyata masalah utama dalam budidaya ikan adalah feeding cost (biaya pakan) yang besarnya mencapai 70% dari biaya total. Gibran sadar bahwa belum ada teknologi yang menyelesakan masalah over-feeding pakan ikan yang tidak teratur atau pakan yang diselewengkan.
Baca juga: Kenapa Berburuk Sangka Pada Teknologi?
Akhirnya, berbekal dana terbatas, Gibran menciptakan teknologi dengan menggunakan Network Operation Centre yang dihubungkan dengan Supervisory Control and Data Acquisition – sistem kontrol yang dilengkapi food container dan perangkat mekanik untuk mengeluarkan pakan ikan secara otomatis.
e-Fishery: solusi peternak ikan
Melalui perangkat e-Fishery, proses kontrol otomatis dapat dilakukan mulai dari penjadwalan pemberian pakan, pengaturan kuantitas pakan yang diberikan, hingga sistem keamanannya. Bahkan, eFishery memiliki fitur real-time monitoring yang dapat memberikan laporan pemberian pakan secara langsung yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun melalui gadget. eFishery bahkan dilirik dunia internasional dengan memenangkan ajang penghargaan Get in the Ring dan Seedstars World.
Tidak mudah bagi Gibran untuk melakukan proses riset, manufaktur, dan pengenalan teknologi baru ke masyarakat, ia terus menerus melakukan penyempurnaan kualitas produknya dan memperkenalkan eFishery pada peternak ikan di Indonesia. Jalan yang dirintis Gibran masih panjang namun ia membuktikan bahwa ikan lele pun bisa menjadi kesempatan penciptaan sebuah inovasi.
“eFishery bisa memenangkan kompetisi-kompetisi tersebut, mengalahkan aplikasi dari Silicon Valley, karena kita disruptive. Kita bukan mengubah satu menjadi sejuta. Kita mengubah zero menjadi one. Itulah maksud dari teknologi sebagai value yang bisa mengubah industri,” tutup Gibran.
Baca juga: Jangan Lagi Jadikan Usia Sebagai Excuse
Header image credit: tim Ziliun.com
Comments 1