I’d sell my soul for a good cause. – Hugh Jackman
Gara-gara jejaring sosial, sekarang semua orang bisa bikin komunitas atau gerakan. Tinggal Create Page atau Group di Facebook, atau set up akun Twitter, lalu cari nama-nama keren kayak “Komunitas Pecinta Blablabla Online” atau “Indonesian Blablabla Movement”, maka jadilah komunitas atau gerakan tersebut, dengan si pembuat akun sebagai founder-nya.
Berita baiknya adalah, berkontribusi jadi lebih mudah. Menggalang massa untuk suatu isu atau cause jadi lebih mudah. Semuanya gara-gara the power of social media.
Berita buruknya adalah, komunitas dan gerakan jadi terkadang kehilangan esensinya. Yang mestinya esensinya adalah cause yang diperjuangkan, sekarang malahan bergeser fokus jadi ke tools-nya. Ya, jejaring sosial itu.
Baca juga: Mengubah Dunia dengan Hashtag, Percaya?
Komunitas atau gerakan memperlakukan diri seperti sebuah bisnis, pakai strategi content marketing biar tetap eksis di socmed, kadang juga pakai influencer supaya lebih banyak yang follow.
Salah, gak? Gak salah, selama komunitas atau gerakan gak lupa kalau, ya itu, yang mereka perjuangkan adalah cause-nya bukan eksistensi.
Gue sendiri percaya kalau good product will sell itself. Munafik, sih. Ya kali deh ga perlu marketing. Mau itu sektor komersil atau non-profit, semuanya butuh pemasaran, salah satunya lewat jejaring sosial, tool yang gratis dan efektif. Tapi, apa yang mau dipromosiin kalau programnya aja belum dikembangkan dengan baik?
Baca juga: Idealisme, Kemewahan Terakhir Yang Hanya Dimiliki Pemuda?
Padahal, kalau komunitas dan gerakan fokus berkontribusi aja sebanyak-banyaknya, apa yang mereka perjuangkan pasti akan menarik orang-orang yang tepat, yang juga peduli dan akan membantu menyebarkan cause tersebut dari mulut ke mulut.
Kontribusi yang konsisten dan tepat sasaran juga bakal otomatis menyediakan banyak bahan untuk bikin konten yang tepat. Ga perlu capek deh si admin komunitas atau gerakan mikirin hari ini mau nge-share apa di socmed, karena akan selalu ada yang bisa dibagi.
Sekali lagi, good product will sell itself. Good cause sells itself.
Tapi itu, ya balik lagi, apa tujuan dari komunitas atau gerakannya. Kalau cuma buat ngasih makan egonya founder (orang yang set up akun itu) biar dilihat sebagai aktivis komunitas atau gerakan, ya ga usah dipeduliin kali ya artikel ini.
Baca juga: Program Sosial: Memang Peduli atau Kejar Eksistensi?
Header image credit: causeglobal.blogspot.com