“The Miss America Pageant reinforces a belief that women are merely how they look and how they please.”– Gloria Steinem
Tahun 2013 dulu, senator-senator Perancis pernah mau melarang kontes-kontes kecantikan untuk anak-anak. Kata seorang senator, “Dinilai hanya dari penampilan itu benar-benar berlawanan dengan pengembangan diri seorang anak.”
Loh, tapi kan kontes kecantikan bukan cuma menilai kecantikan, tapi juga wawasan dan manner?
Well…
Banyak yang memasang suatu standar bahwa cewek sempurna itu harus yang punya brain, beauty, dan behavior. Ya awalnya sih gara-gara kontes-kontes kecantikan yang suka bawa embel-embel 3B sebagai syarat kontesnya.
Gue sendiri sebenarnya skeptis sama standar 3B ini, apalagi kalau dikaitkan dengan kontes-kontes kecantikan. Mengapa?
Baca juga: Q&A: Hanifa Ambadar, Invest Your Dream to The Fullest!
Alasannya adalah karena ini standar justru menyesatkan cewek-cewek yang mau mencapai “kesempurnaan”.
Coba deh, para kontestan kontes kecantikan, kan punya beauty semuanya, berapa sih yang bener-bener punya brain? Dalam arti, kalau lo bandingin sama cewek-cewek macam Najwa Shihab, misalnya, yang sejak awal udah terjun dan berkontribusi di bidang jurnalistik, pinteran mana, sih?
Apakah cewek-cewek yang sejak kecil goal-nya adalah hanya untuk menang beauty pageant bisa dikategorikan cerdas? Bukannya yang punya brain itu mereka yang selalu berusaha mengutilisasi kemampuan mereka dan mengembangkan kapasitas diri mereka biar bermanfaat buat masyarakat, ya?
Poinnya adalah: apa yang sekarang masyarakat lihat sebagai perempuan sempurna itu adalah, cewek-cewek cantik yang “lumayan” pintar dalam arti ngerti aja berita terbaru walaupun mungkin gak dalem, terus manner-nya bagus.
Baca juga: Rani Nelasari, Angkat Local Brand Lewat Nomaden Market
Sementara, cewek-cewek yang benar-benar pintar, yang bikin vaksin baru di lab-lab kimia misalnya, gak akan pernah dianggep “sempurna” di mata masyarakat hanya karena mereka not that pretty.
Akhirnya, anak-anak kecil perempuan dibesarkan dengan suatu standar, kalau “sempurna” itu adalah kecantikan + perilaku + kecerdasan (tapi gak harus cerdas-cerdas banget).
Mungkin udah waktunya kita sadar, bahwa formula kesempurnaan yang selama ini diagung-agungkan oleh kontes kecantikan dan masyarakat itu, sebenarnya gak sama sekali memandang variabel brain dan behavior itu kalau gak ada variabel beauty-nya.
Sementara, variabel beauty ditambah variabel brain yang “lumayan” udah bisa menghasilkan image sempurna.
Jadi, sebenarnya, kesempurnaan itu brain, beauty, behavior atau beauty, behavior, dan average mind?
Hmm…
Baca juga: FemaleDev Summit: Stop Gossiping, Start Collaborating
Header image credit: playbuzz.com