“I love argument, I love debate. I don’t expect anyone just to sit there and agree with me, that’s not their job.” – Margaret Thatcher
Pernah berdebat dengan orang yang lebih tua umurnya? Atau berdebat dengan orang yang lebih muda umurnya? Tong kosong nyaring bunyinya, sebuah pepatah lama yang kali ini menjadi fokus utama dalam artikel gue.
Kasus Tong 1
Suatu ketika gue pernah mendebat seorang praktisi tentang ceritanya mengenai salah satu program CSR ternama. Berawal dari iseng, gue menanyakan sesuatu yang intinya mengarah pada fakta, bahwa program CSR yang dilaksanakan tidak efektif namun tetap dilakukan. Ketika gue mendebat dan memojokkannya tentang hal itu, ia mengelak dan memilih mengalihkan pertanyaan gue.
Ini nih yang sering dilakukan orang yang lebih tua, instead of menjawab mereka memilih mengalihkan topik. Menurut gue tindakan ini salah. Memang sih, gue yakin ada berbagai penyebab kenapa perusahaan si praktisi tetap melakukan program CSR yang gak efektif itu. Misalnya, di kasus ini, perusahaan mungkin simply ingin menjaga kredibilitas. Bisa juga program CSR yang ga efektif itu tetap dijalankan gara-gara sistem perusahaan yang kolot, atau SDM yang terlalu ga peduli terhadap program perusahaan (yang penting jalan).
Baca juga: Menolak Santun
Tapi poinnya bukan itu. Poinnya adalah si praktisi mengalihkan pertanyaan gue dan gak setidaknya berusaha menyampaikan kebenaran. Padahal, you don’t need to hide the story, all you need is tell the “truth”, asal disesuaikan porsi kebenaran yang mau disampaikan.
Kasus Tong 2
Gue pernah berdebat tentang seorang pakar Public Relations tentang program komunikasi yang menurut gue oke, tapi menurut dia tidak rasional. Ada yang nganggap gue lancang dan ga sopan karena seolah-olah mempertanyakan expertise dia selama ini. Well, at the end of perdebatan itu, akhirnya gue sadar kok karena kita beda framework dan pengalaman, makanya kita punya bargaining power yang berbeda (dia tentu akan lebih dipercaya daripada gue yang cuma mahasiswa, kan?).
Ini juga yang sering dilakukan oleh anak muda, menentang dan menuntut jawaban akan sebuah keputusan dari orang tua. Menurut gue, tindakan muda yang lancang untuk mendebat suatu hal adalah benar, karena tujuannya adalah mendapatkan pengetahuan, bukan untuk menunjukkan kepiawaiannya.
Baca juga: #SaveHajiLulung: Beneran Ngerti atau Cuma Ikut Nge-Bully?
Kebenaran sederhananya adalah bahwa sebenarnya tidak apa-apa lho, untuk lancang dan mempertanyakan sesuatu, baik ketika lo mendebat orang yang lebih tua, atau ketika lo didebat oleh orang yang lebih muda. Yang salah adalah kalau lo lancang mempertanyakan sesuatu tapi ga punya kuping, means lo ga mau mendengarkan perspektif orang lain.
Intinya dari dua kasus tong itu, yang tua, coba dengerin kata anak muda dan jangan ngeles. Yang muda, boleh lancang asal punya kuping. Be critical but brave enough to listen the whole story!
Baca juga: Muda dan Belagu? Boleh!
Header image credit: bsdc.sda.sk