“Your brand is what people say about you when you’re not in the room.” – Jeff Bezos.
Seiring bergulirnya zaman entah mengapa gue merasa persaingan semakin ketat. Tiap orang berlomba jadi yang terbaik, bersaing memperebutkan posisi yang layak untuk didapatkan.
Awalnya kita belajar mengaktualisasi diri agar bisa meraih ke titik tersebut. Kemudian mengasahnya sampai tajam lalu promosiin diri kalau lo yang terbaik.
Karena persaingan yang ketat tadi–sayangnya mereka yang belum mengasah dirinya sampai tajam–terpaksa mempromosikan prestasinya mereka dengan lebay dan malah sampai bohong biar gak kalah sama yang lain, biar keliatan lebih kompeten dibanding yang lain.
Baca juga: Muda dan Belagu? Boleh!
Kalau menurut gue sih, there is a fine line between self-promotion and arrogance. Semua ada kadarnya. Kalau terus-terusan pengen keliatan bagus, malah bikin curiga orang lagi, wayoloh? Gue pun gak sengaja menemukan kunci sukses mencari garis halusnya: your patience when you have nothing and your attitude when you have everything.
Baca juga: Budaya Latah Harus Segera Punah
Your Patience When You Have Nothing
Contohnya aja misalnya lo pengen ngelamar jadi fotografer di sebuah studio kenamaan tapi jepretan lo masih asal-asalan, belum bisa ngatur komposisi yang baik gimana. Pernah jadi asisten fotografer profesional. Ngakunya dapet pengalaman yang unforgettable, padahal kenyataanya waktu itu cuma disuruh bikin kopi sama nemenin motret aja. Eh pas udah diterima dan terjun lapangan, ketauan deh belangnya. Reputasi negatif akan tersebar sepanjang studio. Mulainya aja udah pakai cara jelek, akhirnya pun lama-kelamaan juga jelek. What goes around comes around, dude!
Baca juga: Follow Your Stomach!
Prinsipnya kayak rumus percintaan aja. Omongan berbanding lurus dengan action. If you love someone, show them rather than tell them. Dan seperti quotes yang gue sebutkan di atas. Cap seseorang adalah apa yang dikatakan orang-orang ketika orang itu lagi gak ada di lingkup itu.
Your Attitude When You Have Everything
Lain halnya lagi ketika lo udah jago banget lah yang namanya dunia fotografi. Komunitas dan klien lo juga udah gak ragu lagi sama hasil jepretan lo. Foto lo juga sering nampang di banyak galeri. Terus kemudian lo pengen ngelamar posisi sebagai photographer tetap di sebuah studio foto kenamaan.
Baca juga: Practice Doesn’t Make Perfect
Dengan sudah mengantongi banyak elemen buat CV lo, lantas apa yang sebaiknya lo lakukan?
Jangan ngerasa sombong dan orang harus tahu siapa lo. At least, tunjukin konkretnya kenapa mereka harus milih lo sebagai fotografernya kayak nunjukin prototype atau portfolio yang kece dan sesuai ketimbang nunjukin lo udah dapet apa, lo udah kerja dimana dan lo dikenal sebagai apa.
As simple as that.
Image header credit: picjumbo.com