“Selama ini kita sering dengar bahwa gedung sering menjadi saksi bisu perjalanan sebuah kota, atau saksi bisu perjalanan sejarah, tanpa dia bisa bercerita. Dengan ini (teknik video mapping), saya bisa menjadikan Museum Fatahillah menjelma menjadi aktor, dan dia bisa berbicara, menyampaikan apa yang menjadi perjalanan kota kita…” – Adi Panuntun
Gue teringat waktu gue duduk di bangku sekolah dasar, gue dan seluruh murid angkatan gue diajak untuk study tour ke museum. Guru kami bilang pergi ke museum itu asyik. Kita bisa belajar banyak mengenai sejarah kejayaan Indonesia di masa dulu. Tapi apa yang kita lihat justru menunjukkan sebaliknya. Museum sejarah itu boring, malah menyeramkan.
Sedihnya, dari saat itu sampai sekarang pun jumlah pengunjung museum belum menunjukan peningkatan yang signifikan. Selama itu pula museum–terlebih museum sejarah–belum mampu menarik minat pengunjung. Buktinya, mana ada sekarang anak muda yang mau hangout atau malam mingguan di museum?
Walaupun museum adalah tempat penyimpanan sejarah, tapi gak seharusnya penyampaian sejarahnya juga disampaikan dengan gaya old fashion. Ini yang menjadi akar masalahnya, pengelola museum kita masih terjebak nostalgia masa lalu yang menganggap museum cuma saksi biksu sejarah.
Baca juga: Menghargai Sejarah Indonesia Melalui Novel Grafis
Dari pemikiran ini, seorang seniman–Adi Panuntun–mencoba mengubah perspektif tersebut dengan membuat museum sebagai bintang utamanya dengan membuat video mapping di Museum Fatahillah tahun 2010 lalu.
Video credit: TEDx Jakarta
Video mapping itu sendiri adalah teknik pemetaan video di layar bertekstur. Semakin bertekstur, semakin nyata juga hasilnya. Cocok banget diproyeksikan di Museum Fatahillah yang beraksitektur rumit. Lewat video mapping ini, Museum Fatahillah seolah menceritakan dirinya sendiri dengan grafis. Ada satu bagian di mana gedung itu terbakar dan runtuh, didukung dengan sound effect yang bikin kita terkejut. Pergi ke Museum pun gak bakalan bikin boring lagi, tapi malah semakin exciting.
Baca juga: Komunitas Historia Indonesia: Sejarah dengan Balutan Modernisme
Hasilnya? Pengunjung museum meningkat drastis seperti penonton nobar piala dunia, karena bukan cuma melihat museum dengan cara baru, pengunjung juga menambah awareness dan pengetahuan mereka terhadap museum yang selama ini kaku dan kuno.
Kalau di luar negeri, mungkin video mapping yang memanfaatkan ruang publik bukan kali pertamanya (video mapping ini baru pertama diciptakan di Indonesia). Adi sendiri juga dapet inspirasi ini dari sana dan mengadopsinya disini dengan sedikit penyesuaian.
Kalau ada cara terbaik untuk mencegah kepunahan sejarah kita, kenapa engga? Jangan sampai peninggalan kita runtuh karena perlakuan kita sendiri.
So, apa lo punya cara kreatif lain?
Baca juga: YouTuber Indonesia, You Can Do More!
Header image: lightningsibiu.eu