Saat datang ke acara IYC Pitstop Sabtu (14/11) lalu, saya dan peserta lainnya diperlihatkan sebuah video survei tentang kesadaran anak-anak muda akan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Seperti yang mungkin banyak orang sudah perkirakan, kebanyakan anak muda yang diwawancarai dalam survei tersebut mengaku tidak tahu-menahu tentang MEA.
Melihat para anak muda yang clueless ini, saya yakin pasti banyak yang kemudian berpikir atau berkomentar, “Ah, dasar anak muda Indonesia, ignorant semua”.
Well, oke, saya setuju bahwa sedikit anak muda yang benar-benar update dengan isu penting terkini (walaupun di video tersebut merek tahu persis alasan Anang dan Krisdayanti bercerai, nama suami Nia Daniati, dan klub pemenang Champions League). Atau mungkin mereka tahu apa itu MEA, tetapi gugup saat harus menjelaskannya di depan kamera (oh iya, setidaknya mereka update dengan semua berita musibah dari #PrayforParis hingga #PrayforMH370).
Baca juga: Ya Sudah, Ikut Arus Saja
Poinnya adalah, hal ini tidak terjadi hanya di Indonesia. Di semua negara, pasti ada sekelompok orang atau anak muda tertentu yang memang lebih peduli dan lebih berusaha equipping themselves with information—the rest is indeed ignorant. Itu juga yang bikin saya benar-benar percaya dengan prinsip Pareto (80/20 rule) bahwa 80 persen output dihasilkan hanya dari 20 persen input, atau dalam konteks ini 80 persen kemajuan ekonomi atau perubahan sosial di suatu negara akan didorong dan diciptakan hanya oleh 20 persen masyarakatnya.
Malcolm Gladwell juga pernah menyebut dalam bukunya, The Tipping Point, tentang law of the few:
“…the success of any kind of social epidemic is heavily dependent on the involvement of people with a particular and rare set of social gifts…”
Baca juga: Sektor Industrial Pertumbuhannya Menurun, Yakin Mau di Situ?
Lalu, implikasinya apa? IMHO, let’s not focus on spreading awareness about MEA to everyone. Biarkan media massa yang melakukan itu. Biarkan pemerintah yang melakukan itu. Kalau akhirnya semua anak muda tahu apa itu MEA, ya bagus.
Sementara itu, kalau kamu merasa kamu bukan anak muda ignorant–kalau kamu mengerti betul apa itu MEA, apa implikasinya, dan apa yang kita bisa lakukan untuk memenangkan persaingan di pasar bebas tersebut, then get ready and prepare yourself, seperti tema Indonesian Youth Conference tahun ini: “Kita Siap!”.
Daripada capek-capek mengurusi ignorant yang 80 persen itu, lebih baik membekali diri dengan life skill dan professional skill yang diperlukan, salah satunya dengan mengikuti konferensi seperti Indonesian Youth Conference yang memang ingin membuat kita siap.
Khusus untuk kalian yang percaya kalian masuk kategori 20 persen, let’s hustle and push our boundaries to welcome the ASEAN Economic Community.
Baca juga: Tatarupa: Cara Menghadapi Kompetisi ASEAN a la Ibu Risma
Header image credit: mcipac.marines.mil