Hedonisme/he·do·nis·me/ /hédonisme/ n pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani Kuno, punya arti ‘kesenangan’, bisa juga diartikan sebagai suatu tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan sepuas-puasnya sekaligus menghindari situasi yang membuat perasaan tersakiti. #halah *ini sih lebay*
Kaum hedonis nggak kenal yang pepatah “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, yang ada di otak mereka hanyalah ‘kesenangan’ dan ‘abadi selamanya’. Iya, kesenangan yang nggak ada habisnya, sampe kapan pun. Tanpa mereka sadar, suatu saat kesenangan itu bakal mati juga.
Dipandang sebelah mata mah udah biasa! Orang yang gaya hidupnya hedon memang oleh sebagian orang dipandang negatif. Misalnya nih, kamu anak orang kaya, ngerasa suntuk dengan sekolah, saking banyaknya duit ya nggak perlu mikir panjang dong buat terbang liburan ke Maladewa?
Baca juga: Jangan Cuma Pamer Hedonisme di Social Media
Orang lain yang melihat bakal bilang, “Ih enak bener ya stress dikit langsung liburan, buang-buang duit aja, padahal stress cuman segitu doang, belum sampai gila. Kan mending duitnya ditabung! Eh syukur-syukur disedekahin,” (padahal yang ngomong gitu mungkin juga kalau punya uang bakal sama aja).
Bahkan mungkin bakal ada yang bilang, tindakan kayak gitu tuh kurang bersyukur banget karena terus-terusan punya duit banyak, tapi duitnya cuman numpang lewat doang. Nggak mikir kalo tiba-tiba jatuh miskin terus nggak punya tabungan?
Dalam budaya kita, nggak sedikit orang menganggap hedonisme sebagai ajang untuk berhura-hura, buang-buang duit demi kesenangan semata. Salah? Nggak juga!
Sekarang siapa sih yang nggak pengen seneng? Sebagai manusia, saya aja kepengen kok hidup seneng sampai akhir hayat nanti. Cuman ya, menurut saya nggak musti brutal juga untuk mendapatkan kesenangan. Apalagi yang sampe menghalalkan segala cara buat nyari kesenengan semata, duh jangan sampe!
Baca juga: Kenapa Harus Hidup Hemat Walaupun Punya Uang Banyak
Di era modern kayak sekarang, lifestyle itu jadi yang nomor satu. Ya, lebih lagi buat mereka yang hidup di kota-kota besar. Ada lho, mahasiswa yang rela nggak bayar kuliah dan lebih milih duitnya dipake buat beli smartphone paling keren di abad ini. Ada juga yang nilep duit semesteran demi bisa belanja barang-barang branded, pokoknya nggak mau kalah sama yang dipunya temen.
Nah, hedon yang semacem ini nih yang mustinya dihindarin. Ya gimana orang nggak mandang hedon sebagai hal negatif, kalo pelakunya aja macem begitu? Coba deh, kerja keras iya, hedon iya. Banyak kok orang yang hedon tapi juga menciptakan impact lewat pekerjaannya. Imbang kan?
Sayangnya sih, nggak sedikit orang yang nggak nyadar kalo mereka ini menjadi pelaku hedonisme. Kalo terus dibiarin, orang akan lebih mengutamakan hasil daripada proses, mau salah mau enggak, yang penting endingnya happy.
Kalo hedon tapi nggak ngerecokin orang lain dan nggak bikin masalah baru, itu sih baru bisa dibilang hedon yang bener (menurut saya). Tapi ya jangan keterusan kali, ada masanya kapan hedon kapan enggak.
Duh, udah lama juga saya nggak hedon ya? Tetiba pengen hedon makanan, melahap semua yang enak di lidah saya biar hati seneng, pikiran pun tentrem. Sesekali, setahun sekali boleh dong? *koprol*
Baca juga: Generasi Social Media = Generasi Tukang “Sampah” (?)
Header image credit: cbswineblog.wordpress.com