Apa Itu Work From Anywhere? Kerja tapi Rasa Libur, Gitu? – Sejak pandemi Covid-19 “masuk” ke Indonesia, berbagai sistem kerja muncul, di antaranya Work From Home (WFH), hybrid, dan yang paling anyar adalah Work From Anywhere (WFA).
Perusahaan mengambil kebijakan WFA karena pada akhirnya banyak perusahaan yang udah mulai bisa beradaptasi dengan pola kerja jarak jauh. Salah satu survei yang mendukung pernyataan ini adalah survei PricewaterhouseCoopers (PwC), di mana sebanyak 50% responden yang merupakan pemimpin perusahaan di Indonesia sudah mempermanenkan pola kerja jarak jauh di perusahaan mereka.
Eniwei, lucunya, banyak aja yang julid nganggep pegawai yang WFA itu bisa leha-leha seenaknya dan bisa nyantai seharian. Padahal realitanya? Oh, tidak sesantai itu tentunya~
First of all, beda WFA dan WFH itu sebenernya apa sih?
WFA adalah skema kerja yang memperbolehkan pegawai kerja secara fleksibel dari mana aja dengan manfaatin teknologi. “Dari mana aja” di sini maksudnya ya bisa dari rumah, kafe, taman, bahkan di pinggir pantai. Bebas! Selama ada sinyal internet dan colokan listrik, aman deh pokoknya!
Bedanya dengan WFH? Nah, di beberapa perusahaan atau pun instansi, “home” di sini emang maksudnya adalah “tempat tinggal” pegawai. Boleh kost, apartemen, maupun rumah. Mereka gak ngebolehin pegawainya kerja di luar dari tempat tinggal. Bahkan ada sistem absen yang harus dilakuin di tempat yang udah di-registrasi sebagai “home“.
Terus, apa dong sisi enak dan gak enaknya?
Sisi enaknya jelas bisa kerja di tempat yang lebih nyaman. Iya, dong! Tau gak, suasana tempat tuh memengaruhi mood kita buat kerja, lho! Trus, ngatur waktu lebih fleksibel juga.
Selama aturan kerjanya rasional dan kita punya manajemen waktu yang baik, kita sendiri yang nentuin jadwal kerja. Enaknya lagi, bisa lebih hemat ongkos. Kalo konteksnya kerja dari rumah dan gak perlu ke mana-mana, WFA jelas mangkas biaya transportasi dan akomodasi.
Bisa punya lebih banyak waktu bareng keluarga. Soalnya sambil kerja pun masih bisa berinteraksi keluarga. Apalagi kalo lagi fleksibel, asli deh, quality time-nya dapet banget. Terus, meminimalisir drama di dunia kerja. Kalo ini sih, karena gak ketemu secara fisik. Jadi, drama-drama ala dunia kerja tuh bisa diminimalisir (eits, tapi bukan berarti gak ada).
Baca juga di sini: Ingin Menjadi Digital Nomad, Perhatikan Hal Ini Dulu
Ini sisi gak enaknya~
Hubungan sama temen kantor jadi gak terlalu akrab. Yang 1 divisi aja belom tentu akrab, apalagi sama temen divisi lain. Emang interaksi di dunia nyata jauh lebih enak ketimbang virtual.
Terus, karena gak ada batas jam kerja, eh jadinya kebablasan. Gak heran sih kalo pegawai WFA tuh dihubungi buat ngerjain ini dan itu di luar jam kerja. Soalnya banyak yang mikir “aH kAn Di RuMaH jUgA”.
FYI, suka susah sinyal dan ada masalah teknis lainnya. Kalo kerja WFA-nya di pinggir pantai atau di tempat lumayan terpencil, sinyal kan kadang lemot. Alhasil, kerja jadi kurang maksimal.
Di Indonesia sendiri, banyak lho, perusahaan yang udah resmi nerapin WFA.
Yuk, intip apa-apa aja perusahaanya!
- Rombak Media (holding company yang membawahi Kok Bisa, TelusuRi, dan Ziliun)
- Blibli (e–commerce)
- Bibit (financial technology company)
- Zenius (education startup)
- Ajaib (financial technology company)
- Glints Indonesia (Recruiting company)
Dan masih banyak lagi…
Sama kayak sistem kerja lainnya, WFA ada yang enak dan gitu pun sebaliknya. Yang jelas, WFA itu gak sama dengan liburan. Bahkan terkadang beban kerja WFA bisa lebih berat saking fleksibel alias abu-abunya itu jam kerja. Tapi semoga tips-tips di konten ini bisa tetep jadi referensi kalian buat memaksimalkan WFA!
Jangan lupa follow Ziliun buat perkembangan informasi lainnya mengenai karir dan seputar pengembangan diri!