Apa Itu Offering Letter? Dan Apa Bedanya Dengan Kontrak Perjanjian Kerja? – Pernah gak sih kalian ada di posisi udah nerima dan tanda tangan offering letter dari perusahaan, tapi kok gak ada kabar-kabar lanjutan soal kapan mulai kerja. Eh tau-tau, akhirnya kita malah dapet kabar kalo gak jadi lolos. Mau kesal, lalu protes? Wajar banget. Tapi, apakah perusahaan bakal nganggap itu 100% kesalahan mereka? Belum tentu. Soalnya offering letter itu gak sama dengan kontrak perjanjian kerja! Jadi, secara legal itu emang kalian belum sah jadi pegawai. Makanya perusahaan bisa ngebatalin status kalian sebagai kandidat terpilih.
“Tapi gak bisa gitu dong! Kan kita udah nerima offering?!” Siapa bilang gak bisa? Ehehe… Intinya sih, kita mesti sama-sama tau dan ngerti dulu apa itu offering letter dan juga apa itu kontrak perjanjian kerja~
Definisi offering letter dan kontrak perjanjian kerja
Offering letter adalah pemberitahuan formal buat kandidat kalo secara resmi udah terpilih kerja di perusahaan. Selain itu, di dalamnya juga berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak selama masa kerja secara garis besar. Sedangkan, kontrak perjanjian kerja adalah kesepakatan antara pegawai dan perusahaan dalam bentuk tulisan. Isinya merupakan penjabaran hak dan kewajiban kedua belah pihak yang ada di offering letter. Dan semakin kuat karena “bersandar” sama peraturan dan undang-undang yang berlaku. Keliatannya sih emang mirip kayak anak kembar. Tapi biar begitu, tetep aja ada bedanya!
Apa aja sih perbedaan offering letter dan kontrak perjanjian kerja?
Fungsi Dokumen
Offering letter: Ngasih tau kandidat secara formal kalo udah lolos dari semua tahapan rekrutmen. Terus, mastiin minat kandidat buat nerima tawaran kerja atau sebaliknya melalui poin-poin di dalamnya (hak dan kewajiban, benefit, jam kerja, dst).
Kontak perjanjian kerja: Sebagai bukti hitam di atas putih terkait adanya kesepakatan kerja dan jadi pedoman buat kedua belah pihak selama masa kerja.
Legalitas Dokumen
Offering letter: Gak mengikat secara hukum. Soalnya, gak ditandatangani di atas meterai. Kalo kandidat pengen batalin, bisa dengan konfirmasi ke HR secara verbal maupun email.
Kontak perjanjian kerja: Sifatnya legal dan mengikat secara hukum, karena ditandatangani kedua belah pihak di atas meterai.
Gimana proses pembatalannya? Kalo sebelum hari efektif mulai kerja, bisa kayak batalin offering letter. Tapi, kalo sudah berjalan masa kerja, harus ada pertimbangan dari perusahaan dan UU yang berlaku.
Item-Item yang Ada di Dokumen
Offering letter: Di dalamnya terdapat ringkasan informasi seputar gaji, benefit, job title, tanggal bergabung, jam kerja, dan fasilitas yang bakal calon pegawai baru dapetin, serta deadline kandidat ngasih konfirmasi nerima tawaran kerja atau sebaliknya.
Kontak perjanjian kerja: Isinya hampir sama kayak di atas, tapi lebih detail dan dilandasi oleh aturan dan undang-undang yang berlaku. Selain itu, ada juga tambahan informasi mengenai status pegawai—PKWTT dan PKWT, dan konsekuensi apabila masing-masing pihak ngelanggar poin-poin tertulis di kontrak tersebut.
Apa yang Sebaiknya Dilakuin kalo Udah Nerima Dokumen Tersebut?
Offering letter: Review dan bener-bener pahami setiap poin yang ditulis. Terus, sesuaikan dengan kebutuhan dan ekspektasi kalian. Sampaikan ke HR kalo kalian ngerasa ada yang perlu dinegosiasi sama perusahaan, misalnya terkait gaji. Jangan lupa buat ngerespons offering letter-nya ASAP!
Kontak perjanjian kerja: Kembali di-review dan tanyain ke HR setiap maksud dari poin yang dikasih, khususnya yang sekiranya berpotensi memberatkan kalian. Di dokumen ini, kandidat sering males duluan buat baca, karena isinya yang panjang dan banyak istilah hukum di dalamnya.
Baca juga di sini: 9 Hal Wajib Cek sebelum Tanda Tangan Kontrak Kerja, Simak!
Selamat kalo kalian udah dapet offering buat kerja!
Artinya, udah semakin deket aja nih perjalanan kalian menjadi pegawai di perusahaan incaran. Tapi inget, prosesnya gak berhenti di situ aja lho ya. Masih ada 1 dokumen lagi yang harus kalian urus, yaitu kontrak perjanjian kerja. Selama proses rekrutmen, kandidat emang dituntut buat aware sama setiap proses di dalamnya. Tujuannya? Supaya gak terkecoh dan miskomunikasi. Oh iya, jangan lupa follow Ziliun juga ya di Instagram supaya gak ketinggalan konten menarik lainnya seputar dunia kerja dan pengembangan diri!