Buat yang suka naik angkutan kota alias angkot, pasti punya love-hate relationship sama angkutan umum ini. Naik angkot itu murah, tapi ya, kadang nyebelin juga karena suka berhenti mendadak dan lain-lain.
Buat yang gak pernah / jarang naik angkot, alias yang punya kendaraan pribadi, biasanya justru hate-hate relationship sama angkot. Angkot suka ugal-ugalan nyalip sembaranganlah, ngetem gak jelas, dan lain-lain.
Tapi, pernah gak sih bayangin betapa susahnya jadi supir angkot? Dengan kendaraan yang udah tua umurnya, mana harus ngejar setoran dapetin penumpang. Oray Studios dan Inmotion ngelihat fenomena ini dan menerjemahkannya ke dalam Angkot the Game.
Baca juga: Infografik: Perjalanan Industri Game Indonesia
Angkot the Game sendiri adalah game buatan dua sister company ini, yang punya misi nunjukin ke orang-orang, terutama yang jarang atau gak pernah naik angkot, kalo jadi supir angkot itu gak gampang. Layaknya game lain, player yang berperan sebagai supir angkot ini punya semacam health level, yang menunjukkan “kesehatan” dari body kendaraan, serta, tentu saja, bensin yang jadi bahan bakar si angkot.
Versi PC dari game ini (Angkot the Game atau ATG pernah dirilis dalam bentuk Facebook game, serta PC game, dan versi terbarunya adalah versi mobile) mengingatkan kita dengan Grand Theft Auto (GTA), walaupun, ya, perspektifnya dari supir angkot. Sedangkan versi mobilenya adalah non-stop running game yang, menurut saya pribadi sih, cukup menantang, dengan adanya traffic cone, pengendara sepeda motor (ups!), dan godaan untuk beli bensin eceran xD.
Baca juga: Bisakah Video Games Jadi Solusi Pendidikan?
Saya sempat ngobrol dengan Denny Aryadi, selaku Community Manager dari Inmotion. Denny mengaku kalau angkot diangkat, karena Oray Studios dan Inmotion sendiri berbasis di Bandung, kota yang punya angkot warna-warni! Jadilah fenomena per-angkot-an ini punya makna tersendiri bagi dua perusahaan ini. Mereka berkolaborasi untuk pembuatan Angkot the Game, dengan Oray Studios dari sisi desain, dan Inmotion dari sisi pengembangan aplikasi.
Kalau game semacam Angkot the Game ini bisa mendunia kayak GTA, gokil banget sih industri kreatif kita. Bayangin si bule-bule pada tahu tentang angkot, terus nganggep jadi supir angkot itu keren (kayak kita main GTA terus nganggep jadi thief itu keren). Kita doain aja, ya!
Baca juga: Industri Kreatif Indonesia dan Inggris, Apa yang Berbeda?