#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Andina Nabila Irvani, gadis kelahiran 31 Juni 1990 ini sudah menyabet beberapa penghargaan wirausaha muda seperti Business Start Up Award, Shell-Live Wire 2009; Asia’s Best Young Entrepreneur, Business Week 2009; Country Manager Asea- Preneur 2010; dan Best Young Entrepreneur, Ministry of Youth and Sport 2011. Ya, semua berkat SLIGHTshop, bisnis sepatu lukis yang ia gawangi sejak duduk di bangku kuliah bersama sang kakak, Nerissa Arvania. Pencapaiannya pun nggak se-instan yang kita bayangin. Perempuan yang akrab dipanggi Dina ini, memulai bisnisnya tersebut berangkat dari bakat seni lukis yang dia punya.
Dulu Dina sempet sekolah selama satu tahun di Vallivue High School, Amerika Serikat karena bakat seni lukis tersebut. Dan kalo bicara soal melukis di atas kain, Dina juaranya! Iya, sebenernya Dina mulai suka melukis itu dari TK dan mulai diseriusin ketika masuk SMP. Akhirnya dia keterusan deh. Dina pun lalu mencoba melukis di atas sepatu kanvas. Setelah sang kakak Nerissa Arvania mengenakan sepatu tersebut, ternyata banyak tanggapan positif yang masuk.
Baca juga: Sharing Economy: Ngirit Plus Hemat Pake Airbnb dan Uber
Nerissa nggak mau melihat bakat adik perempuannya sia-sia. Mikir dan mikir akhirnya tercetus ide buat bikin bisnis sepatu lukis. Ini sih nggak jauh-jauh juga dari hobi mereka yang emang suka koleksi sepatu dan keinginan untuk membuat produk yang bisa dikenakan sehari-hari. Di bawah bendera SLIGHTshop, sepatu lukis yang dia bikin melejit. Bahkan nggak cuman di dalam negeri, tapi juga di negeri tetangga.
Keduanya lalu memberanikan diri meminjam modal kepada orangtua untuk membeli berbagai perlengkapan seperti sepatu kanvas polos, peralatan lukis, cat kain dan bahan pendukung lain. Meski bisnis mulai jalan, tapi kuliah pun nggak boleh ketinggalan. Keduanya harus jalan seimbang sebagai bentuk tanggung jawab mereka sama orangtua.
SLIGHTshop akhirnya menjadi kolaborasi yang ciamik antara Dina yang kuliah di Desain Komunikasi Visual, Universitas Bina Nusantara dan sang kakak, Nerissa Arviana yang saat itu masih berkuliah di Sekolah Bisnis Management ITB. Dua kolaborasi disiplin ilmu yang menyokong sepak terjang SLIGHTshop.
Baca juga: Design Sprint: Desain Produk dalam Lima Hari
Yang namanya bisnis, dimana-mana nggak ada yang mulus. Selalu aja ada kendalanya. Awal-awal SLIGHTshop berjalan, nggak jarang mereka harus begadang bareng sama pelukis freelance buat kejar setoran. Puncaknya waktu ada deadline sepatu lukis yang akan dikirim oleh Bina Nusantara ke Cina untuk unjuk gigi di ajang Asean Youth Camp 2009. Kerja keras yang nggak sia-sia selama setahun terakhir membawa Dina mengantongi gelar juara di ajang Business Start Up Award, Shell Live Wire tahun 2009. Di tahun yang sama Dina masuk dalam daftar finalis di Asia’s Best Young Entrepreneur versi majalah Business Week.
Soal strategi marketing buat melepas produk sepatu lukisnya ke pasaran, Dina nyobain berbagai macem cara. Yang paling getol sih lewat website SLIGHTshop.com. Nggak jarang Dina ikutan nampang di acara bazar event-event fashion sama entrepreneurship. Bahkan promosi yang paling konvensional kayak nyebar brosur ke sekolah-sekolah SMP-SMA pun masih dijabanin.
Dimana-mana namanya konsumen itu raja. Dina nggak luput buat memposisikan konsumen dalam strategi marketingnya. Ide suapa konsumen bisa custom order sepatu lukisnya dilempar ke pasar. Sekarang pembeli nggak cuman bisa milih desain yang udah ada aja, tapi bisa request mau desain yang kayak gimana. Prosesnya nggak ribet banget kok, desain dan detail sepatu yang direquest bakal dikirim via email. Kalo pembeli cocok sama desain yang ditawarin ya langsung produksi. Syaratnya cuman bayar DP separuh dari harga yang dipatok.
Baca juga: Orang Sukses, Belum Tentu Berguna
Belakangan sepatu yang diproduksi sama Dina pun lebih bervariasi. Ngikutin selera pasar lah. Nggak cuman sepatu kanvas aja tapi flats style, converse style, vans style, flats bertali, sampai sepatu putih polos untuk dilukis sendiri oleh pembeli dibikin sama Dina. Nggak cuman sampe situ sih, tas, kaos, sampai casing BB lukis pun juga diproduksi. Semua buat memenuhi apa yang diinginkan sama pembeli. Secara nggak langsung ini jadi strategi marketing untuk menggaet kepercayaan konsumen.
Dina yang kini menjadi creative design di SLIGHTshop menetapkan target pasar yang jelas buat semua produknya, yaitu untuk kalangan remaja usia 15 – 22 tahun. Range harga yang dipatok pun disesuaikan sama mereka, nggak terlalu mahal juga nggak terlalu murah. Tentunya kualitas tetep selalu dikontrol buat jamin kepuasan konsumen.
Baca juga: Sukses Itu Dimulai Dari Gagal
Kalo ngomongin soal role model, Ayahnya lah yang selama ini menjadi role model buat Dina. Katanya, di setiap bisnis yang dijalanin Ayahnya itu nggak cuman sekedar nyari keuntungan buat diri sendiri, tapi juga buat bersama. Ayahnya selalu bisa meng–involved orang-orang kecil dan ngebantu mereka buat lebih berkembang. Nasehat dari Ayahnya yang selalu Dina pegang, “start small, but have big prospect in the future”. Bikin usaha itu dimulai dari kecil dulu, tapi punya prospek jangka panjang yang bagus kedepannya. Syukur-syukur bisa ngasih lapangan kerja buat orang lain kan ya?
Kebanyakan anak muda masih takut mulai bisnis karena nggak ada cukup modal. Iya, karena mereka mikirnya usaha itu harus selalu pake modal gede, apa-apa harus udah siap duluan sebelum bisnis udah jalan. Padahal sih ya harusnya nggak perlu bikin perencanaan terlalu banyak juga, yang penting do it aja. Nggak pake modal gede juga bisa berkembang kok, asal telaten dan punya komitmen. Kebukti kan sama yang udah dijalanin sama Dina.
Image header credit: gratisography.com