Ada banyak cara untuk berbaur dan menjadi berguna untuk masyarakat. Salah satu dengan memberdayakan mereka, kaum marginal yang terpinggirkan dan hampir tak ada yang mempedulikan. Misi ini diinisiasi oleh Alia Noor Anoviar, ia terinspirasi dari tanaman dandelion yang ketika angin berhembus, bunganya akan terbang menyebar mengikuti angin.
Dreamdelion Community Empowerment namanya. Sebuah komunitas bisnis sosial yang memberdayakan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Program ini kali pertama dijalankan di Kawasan Bantaran Kali Manggarai, Jakarta Selatan di mana kawasan tersebut termasuk kawasan kumuh dengan masalahan sosial yang kompleks seperti akses pekerjaan, kemiskinan, kesehatan dan lingkungan, juga menumpuknya barang-barang bekas nggak kepakai atau limbah.
Baca juga: Berbisnis dan Melestarikan Budaya ala Dea Valencia
Saat itu Alia bersama teman-temannya membentuk Sanggar Anak Manggarai yang memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak di kawasan tersebut. Seiring berjalannya waktu, Alia pun menemukan masalah baru. Salah satunya banyaknya ibu-ibu di sana yang kurang produktif. Ibu-ibu tersebut berstatus sebagai pengangguran, kesehariannya hanya duduk diam ‘bermalas-malasan’, bergosip, atau menghabiskan waktu untuk sekedar menonton televisi. Dari situ Alia mikir dong ya, gimana bisa membantu ibu-ibu tersebut untuk lebih produktif. SDM sih ada, tinggal gimana cara me-manage biar maksimal, betul?
Lewat Dreamdelion, Alia kemudian mengajak ibu-ibu yang tidak memiliki perkerjaan di Bantaran Kali Manggarai untuk membuat produk kerajinan tangan dari barang-barang bekas yang sudah nggak terpakai. Nggak mudah memang, mengenalkan program ini kepada mereka. Berbagai macam kendala pun ditemui. Ketika dimulai kali pertama, dari sasaran 40 rumah sekitar Bantaran Kali Manggarai, hanya sekitar 7 orang ibu-ibu yang bergabung dengan Dreamdelion.
Baca juga: Berguru pada Pemilik Dagadu
Tapi bukankah semua yang besar dimulai dari hal yang kecil? Berangkat dari 7 orang ibu-ibu tadi, Dreamdelion perlahan berjalan untuk menjadi lebih bermanfaat buat sekitar. Dreamdelion kemudian melakukan program kerjasama dengan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk memberikan pelatihan menjahit. Nggak disangka, jumlah ibu-ibu yang bergabung bertambah menjadi 28 orang.
Jelas dengan bertambahnya angka ini nunjukin kalo masyarakat sekitar Bantaran Kali Manggarai mau untuk melakukan perubahan ke arah yang positif. Hanya saja mereka memerlukan contoh nyata yang sudah ada untuk ditiru. Apalagi setelah produk-produk yang sudah dihasilkan oleh ibu-ibu binaan Dreamdelion ini banyak dipesan sama beberapa hotel ternama di Jakarta untuk dijadikan souvenir, makin menarik minat ibu-ibu yang lain untuk ikut serta tergabung bersama Dreamdelion.
Baca juga: Lendabook, Berbagi Buku untuk Indonesia
Belakangan sih produk yang dihasilin pun lebih bervariasi. Dari bros, boneka flanel, boneka wisuda, gantungan kunci, aksesori, juga macem-macem souvenir lain ada. Semua dipasarkan di berbagai macam media. Mulai dari lewat website dreamdelion.com, social media, sampai ikut di acara bazar barang-barang kerajinan tangan.
Nggak cuman berhenti disitu. Selain ngembangin komunitas bisnis sosial, Dreamdelion juga bikin program pengembangan komunitas. Diantaranya sih Dreamdelion Cerdas dengan sasaran utama anak-anak usia sekolah, Dreamdelion Sehat dengan sasaran utama minimalisasi persoalan kesehatan dan lingkungan, dan Dreamdelion Kreatif dengan sasaran utama peningkatan keahlian masyarakat sasaran.
Jadi, pemberdayaan SDM nggak cuman berhenti dari mereka cuman diajarin bikin berbagai macem kerajinan tangan, tapi juga diajarin gimana ngembangin produk, bagimana berinovasi mengembangkan ide-ide bisnis, mengatur keuangan dan pemasaran produk biar ke depan mereka bisa mandiri buat jalanin usaha sendiri.
Baca juga: Kunci Membangun Komunitas dari Founder Fotografer.net
Ada pula program Manggarai Youth Action yang mendorong anak-anak lulusan SMA dan SMA di Kawasan Bantaran Kali Manggarai buat berwirausaha. Ini jadi solusi masalah mereka juga lho, karena kebanyakan lulusan SMP dan SMA kan nggak punya ketrampilan khusus dan masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Dulu warga Bantaran Kali Manggarai sempet bikin Alia pesimis karena mereka nggak mendapatkan apa yang mereka mau, yaitu bantuan dana tunai untuk menyokong hidup. Nyatanya, hal itu nggak bisa mematahkan semangat Alia kan. Berbagai macem usaha dilakoni buat meyakinkan para ibu-ibu tersebut, bahkan sampai Alia harus mengetok rumah warga satu per satu buat menyampaikan misi sosial Dreamdelion. Lagipula, Indonesia nggak akan jadi lebih baik kalo masyarakatnya “disuapin” secara terus menerus bukan?
Alia, usianya memang masih 23 tahun. Tapi ide-ide sosial kreatif untuk memberdayakan masyarakat patut diacungi jempol. Kamu kapan bisa kayak Alia, atau bahkan berbuat lebih dari yang sudah Alia lakuin?
Image header credit: gratisography.com