Kalo lo ketemu sama Alamanda Shantika, gue yakin lo bakalan nggak habis pikir sama yang dia lakuin. Ini yang gue rasain dan gue alamin langsung. Baca ringkasan bio-nya aja, bikin gue geleng-geleng bukan main. Alamanda gabung ke GO-JEK dan meninggalkan startup yang telah dia buat sedemikian lama branding-nya? It’s magic!
Disaat semua orang berlomba-lomba membuat startup, Ala justru berani untuk show off dari startup yang telah dibangunnya dan bergabung di GO-JEK Indonesia. Dan keputusannya ini, nggak bakalan ada yang mengira ternyata bisa mengubah nasib orang banyak.
“Sama sekali nggak kepikiran sih kalo GO-JEK bisa ikut andil dalam mengubah hidup orang lain dalam bidang transportasi.” — Alamanda Shantika, VP, GO-JEK.
Satu hal yang gue salut dari Ala adalah, dia berani ambil keputusan besar yang belum tentu lebih menjanjikan dari apa yang telah dia miliki. Karena bagi Ala, pesan papahnya itu penting banget!
Papahku bilang, “one day, kalo Ala udah bisa bikin usaha sendiri, kamu tetap harus belajar dari oranglain, ya. Karena ada banyak hal yang akan Ala dapet dengan belajar dari oranglain”.
Baca juga: Cerita Kamar IPO #disruptiveInnovation
Dari situlah, Ala mulai lagi start karir dari nol dan kerja ikut orang. Kebayang nggak sih bagaimana rasanya memutuskan hal yang bahkan kita nggak akan tahu akan jadi apa hidup kita kalau misalkan GO-JEK ternyata nggak sebesar ini?
Untuk bisa menjadi seorang enterpreneur, diperlukan sebuah leadership dan kesungguhan dalam menjalaninya. Akan banyak hal baru yang ditemukan selama perjalanan. Bahkan, akan banyak hal yang bikin elo cuma kepikiran “how to execute your idea” tanpa harus berbelit-belit mikirin plan A, B dan C yang nggak ada habisnya.
Tapi, setelah usaha yang lo bangun besar, lo harus banget punya mindset tentang bagaimana caranya kita itu care dan mikirin hidup orang lain. Jadi, nggak cuma mikirin diri kita sendiri. Buat gue, ini keren sih. Di zaman yang serba berlomba-lomba untuk jadi trend setter, Ala berani untuk tegas dalam mengambil keputusan tentang sebenarnya dia mau ke arah mana, sih? Apa hidupnya bakalan gini-gini aja?
Baca juga: Risalah Perut
Ini nih, bagian yang gue salutin juga ketika Ala bilang, “Suatu saat nanti, hidup bukan cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Dan dengan GO-JEK, gue bukan hanya mikirin diri sendiri, tapi mikirin hajat hidup orang banyak”.
Ala percaya, “Kalo kita punya niat yang baik, suatu saat akan ada kebaikan yang datang ke kita”.
Tapi, kalian penasaran nggak sih kenapa GO-JEK itu bisa jadi perusahaan sebesar sekarang? Itu karena Ala punya prinsip, bahwa:
Membangun perusahaan itu pake hati. Kalo nggak ada hati di sebuah perusahaan, ya jangan harap perusahaan yang lo bangun bakalan besar dan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Coba deh direnungkan untuk kalian para calon co-founder dan calon founder yang menggebu-gebu dan berlomba-lomba untuk bikin startup keren. Kalian pernah nggak sih kepikiran kalo nggak cuma otak aja yang dipake untuk bisa membuat startup jadi besar? Tapi juga tentang dedikasi sepenuh hati yang bisa kalian kasih untuk membuat startup kalian jadi besar dan bermanfaat bagi orang banyak?
Dan terbukti kan, dengan cinta dari para orang-orang di belakang GO-JEK yang bekerja dengan sepenuh hati, kita semua jadi bisa menikmati kemudahan transportasi, belanja bahkan hingga pesen tiket film online.
Baca juga: Jangan Cuma Jadi Orang Pintar!
As a vice president di GO-JEK, Ala juga selalu menempatkan dirinya sebagai customer GO-JEK lho, ternyata. Jadi, sebagai developer yang memang jago ngonsep aplikasi dan mengembangkannya, Ala juga trial and measure produk yang sudah ia dan timnya buat. Caranya? Ya, be as a customer dan nyobain fitur yang telah mereka buat.
“Is it work for us? Kalo enggak, ya dirombak sampai akhirnya aplikasi GO-JEK benar-benar layak untuk dipakai masyarakat dan di aplikasikan di kehidupan sehari-hari.”
Kalo mau bikin startup itu, harus learn from people dan love your customer. Jadi, meskipun lo adalah CEO, COO, Vice President atau pejabat tinggi apapun itu seharusnya lo tetap menempatkan diri sendiri as a customer. Supaya, sebelum produk sampai ke pelanggan, aplikasi sudah benar-benar siap. Ini salah satu metode untuk solving problem yang ampuh lho, di GO-JEK.
Yuk, let the brain works. Coba lebih peka, deh. Ketika orang dikasih “ini”, kira-kira orang itu bakalan dapet apa, ya? Karena kunci utama kalau mau sukses itu, yang penting ngertiin orang.
Baca juga: Salah Kaprah Smart City di Indonesia