Dilansir dari BBC.com, ribuan anak muda Thailand turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk protes anti-pemerintah. Mereka menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth, konstitusi baru, dan reformasi di bidang hukum, politik, serta ekonomi. Pandemi Covid-19 dan aturan pemerintah untuk tidak membuat kerumunan, sama sekali gak bikin mereka ciut apalagi gentar untuk menyuarakan tuntutan.
Di aksi ini, partisipasi anak muda sangat disorot oleh banyak media, bersamaan dengan munculnya tagar #whatshappeninginThailand dan simbol tiga jari yang merepresentasikan perlawanan, yang terinspirasi dari film The Hunger Games.
Pertanyaannya, mengapa anak muda Thailand melakukan aksi demonstrasi, ketika mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan bertentangan dengan hukum kerajaan dan bisa membawa mereka ke penjara.
Kebebasan dan keadilan. Jadi tuh begini, Thailand kan adalah negara yang menganut sistem pemerintahan monarki konstitusional, artinya kekuasaan dipegang oleh raja atau ratu, tapi tetep dibatasi oleh undang-undang. Idealnya memang begitu, ada undang-undang yang bisa mencegah raja atau ratu bertindak semena-mena atau gak adil.
Nah, ini permasalahannya, konsep ideal di atas gak benar-benar dijalankan oleh raja yang sekarang, Raja Vajiralongkorn. Salah satu contohnya adalah: Thailand punya Undang-Undang yang melarang untuk poligami, terus sama Raja Vajiralongkorn malah direvisi, kalo yang boleh poligami cuma raja seorang. BOOM! belum lagi kekuasaan yang dimiliki sama Sang Raja, malah dimanfaatkan dia untuk memperkaya diri sendiri.
Terus, gimana dengan tanggapan Perdana Menteri Prayuth dengan sikap Sang Raja?
They have each other’s back. Perdana Menteri Prayuth punya military backup yang kuat, dan Sang Raja punya kekuasaan. Jadi bisa dilihat gimana situasinya sekarang, walaupun Raja Vajiralongkorn maupun Perdana Menteri Prayuth udah bikin kekacauan di Thailand, tapi gak ada yang bertindak untuk satu sama lain. No wonder kalo masyarakat Thailand, khususnya anak muda di sana gak terima dengan sikap pemimpin mereka.
Anak muda Thailand butuh perubahan besar di negara mereka
Mereka menuntut agar institusi pemerintahan di Thailand lebih demokratis dan berpihak pada rakyat. Selain itu, hak mereka untuk menyampaikan pendapat tidak dianggap sebuah tindakan kriminal, seperti kasus penangkapan aktivis Thailand karena telah mengkritik pemerintah, dan perubahan konstitusi yang didukung militer.
Walaupun dikenal sebagai negara yang sangat menghormati rajanya, namun hal ini tidak berlaku bagi sebagian besar anak-anak muda di sana. Mereka justru menuntut agar raja mereka turun dan modernisasi kerajaan. Anak muda Thailand sepakat bahwa sistem kerajaan di negara mereka cenderung digunakan untuk memperluas otoritas, memperkaya diri sendiri, dan mengintervensi politik.
Gelombang demo masih terus berlanjut selama otoritas pemerintahan Thailand masih belum merespon dengan serius aksi ini. Di saat yang sama, gerakan-gerakan mahasiswa, pelajar, dan anak muda Thailand lainnya untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara juga gak akan surut.
Jadi, ada apa dengan anak muda Thailand? anak muda Thailand lagi berjuang untuk masa depan negaranya dan juga buat diri mereka sendiri.