“Dulu kita masuk kuliah, udah ngilangin kesempatan lebih dari 70% calon mahasiswa yang gagal SNMPTN. Sekarang giliran udah lulus kuliah, masa iya mau ngilangin kesempatan orang buat jadi daftar kerja?”
Kembali Ziliun menghadirkan sosok Achmad Zaky pada acara The Backstage yang diselenggarakan di Universitas Gajah Mada, Jumat (27/06) lalu. Ziliun sempat menulis tentang Achmad Zaky dan BukaLapak.com di sini, silakan dikepoin dulu ya tentang perjalanan panjang jungkir baliknya Zaky bersama BukaLapak.com hingga bisa sebesar ini.
Zaky memang menyukai bidang entrepreneur sejak ia duduk di bangku sekolah. Mulai jualan sablon kaus sampai jualan mie ayam saat kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tahun 2005, startup belum seramai sekarang, yang mau jadi entrepreneur, investornya masih dikit. Nggak bisa tuh dalam sekali waktu musti ngandalin investor. Waktu BukaLapak.com berdiri, ia nggak sungkan ngirimin message ke pedagang-pedagang yang jualan di Facebook untuk join dagang di BukaLapak.com. Sehari itu bisa kirim message sampai 500 orang pedagang. Namanya juga usaha, ya nggak sih?
Baca juga: Ketika Software Engineer Amazon Mengabdi di Sukabumi
Berawal dari ruko kecil, BukaLapak.com kini perlahan tumbuh. Selama setahun pertama, traffic BukaLapak.com mencapai 15.000 per hari. Sekarang sehari aja traffic-nya bisa nembus angka 2 juta. Usaha yang keras selalu menghasilkan, jadi jangan suka menyerah sama keadaan ya bro and sis!
Zaky dulunya nggak percaya kalo Mark Zuckerberg semuda itu bisa dapet pendapatan triliunan, katanya dengan startup nggak ada yang nggak mungkin. Yang penting tekun kerja keras, jeli, dan selesaikan masalah yang ada di depan mata. Dan, plis, jangan terpaku sama yang namanya textbook! Textbook emang sesekali perlu, karena dunia ini luas dan kita harus banyak-banyak baca referensi tapi bukan untuk dijadikan patokan baku.
Bicara mengenai investor, Zaky bilang mendirikan startup itu buat solve the problem, bukan buat dapetin investor. Ketika ditanya, dengan adanya investor yang masuk ke dalam BukaLapak.com, apakah ada tekanan tersendiri buat Zaky sebagai CEO dan juga perusahaan? Jawabnya,
“Venture capital di US dan Jepang itu rata-rata punya trust sama founder. Hands off, jadi ngambil keuntungannya minority, misal cuman 10%. Kalau lokal, maunya majority. Investor dari luar itu ingin startup yang di-invest menjadi besar. Sehingga dengan invest di awal yang nggak terlalu banyak, dan hanya mengambil 10% keuntungan saja, ke depan startup bisa berkembang dengan cepat.”
Baca juga: The Backstage: Sekilas Tentang Bukalapak.com, E-commerce yang Mengerti Kebutuhan Orang Indonesia
Investor dari luar itu mereka berani gagal. Mereka mau kok ngebebasin dan nggak nge-drive founder-nya. Misal nih, mereka masukin investment ke 10 startup. It’s okay kalau 8 gagal, dan 2 berhasil. Seenggaknya masih ada yang berhasil dan bener-bener kasih impact.
“Nah, kalau investor lokal itu, biasanya terlalu banyak kontrol. Ada juga yang resek, baru invest 100 juta aja udah berlagak sebagai founder. Cuman ya nggak semua investor lokal begitu, investor luar juga ada yang begitu.”
Kata Zaky kepada mahasiswa UGM yang hadir sore itu, “Anak muda harus punya ambisi besar untuk membuat impact yang positif, bikin sesuatu yang bermanfaat”.
“Mau jadi karyawan atau mau mendirikan perusahaan sendiri, itu yang mempengaruhi adalah environment kita. Salah satunya dengan siapa kita bergaul. Dulu kita masuk kuliah, udah ngilangin kesempatan lebih dari 70% calon mahasiswa yang gagal SNMPTN. Sekarang giliran udah lulus kuliah, masa iya mau ngilangin kesempatan orang buat jadi daftar kerja? Ya kalau bisa bikin lapangan pekerjaan dengan mendirikan perusahaan sendiri, kenapa enggak?”
Header image credit: dok. Ziliun
Comments 1