Acara televisi Indonesia lagi banyak dapet hujatan dari para netizen Indonesia. Macem-macem isi hujatannya, ada yang karena alur cerita makin gak jelas, gimmick-nya kebanyakan, konten drama yang kebangetan, dan masih banyak lagi.
Saya heran, sih. Ngapain coba misah–misuh dengan acara televisi Indonesia?
Padahal menurut saya, sebagai orang yang aktif menemani ibu di rumah menonton televisi, justru acara televisi Indonesia sudah melampaui ekspektasi. Pikiran netizen aja yang belum sampai ke sana. Gak percaya?
Mengajarkan empati kepada sesama
Kompetisi menyanyi kayak Liga Dangdut Indonesia sebenarnya memiliki esensi untuk mengajarkan empati kepada penonton. Masa ada peserta yang sudah jauh-jauh dari kampung dengan kondisi serba kekurangan, gak boleh untuk diceritakan kisah hidupnya?
Semakin lama kisah kehidupannya yang sedih ditampilkan, maka semakin terbangun rasa empati bagi para penonton. Kalo sebentar, kurang menggugah emosional penonton, dong, jadinya. Netizen tuh harus melihat dari sisi lain, cerita sedih di atas panggung kompetisi kan lebih laris, tuh, ketimbang penampilan benerannya. Artinya, penonton Indonesia memang sudah memiliki jiwa-jiwa empati yang tinggi.
Memberikan wadah untuk orang bisa menyelesaikan masalahnya
Rumah Uya adalah contoh nyata bahwa setiap orang memiliki beragam masalah, tapi gak semuanya bisa menyelesaikannya dengan cara yang tepat. Untung ada program Rumah Uya yang memiliki host handal dan serba bisa, mulai dari nge-rap, menghipnotis orang, sampai menjadi mediator permasalahan.
Para bintang tamu punya kesempatan untuk curhat mencurahkan emosi serta unek-uneknya, dan mendapatkan solusi dari Uya plus Ustadzah Ummi Qurrota A‟yunin. Netizen Indonesia harusnya peka, bahwa bintang tamu yang hadir di program Rumah Uya adalah mereka yang butuh support system. Bisa jadi, mereka gak punya keluarga dan teman yang se-solutif Uya dan Ustadzah Ummi untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Saya juga berpikiran bahwa mereka mungkin butuh validasi dari masyarakat Indonesia, bahwa permasalahan mereka memang penting banget dan harus mendapatkan penyelesaian terbaik.
Baca juga di sini: Memberdayakan TVRI dan RRI di Era Hegemoni Media
Memberikan gambaran rencana pernikahan untuk kawula muda Indonesia
Proses pernikahan Atta dan Aurel menjadi jawaban atas kebingungan kawula muda dalam merencanakan pernikahannya. Cocok sekali untuk pasangan yang bingung dalam menentukan prosesi pernikahan, busana yang tepat dan sesuai, durasi waktu acara, dan lain sebagainya. Tayangan proses pernikahan mereka bisa menjadi referensi pernikahan, khususnya di era pandemi.
Bayangkan, guys. Di era pandemi, mau bikin kerumunan kan banyak aturannya dan kalo melanggar, siap-siap digrebek sama pihak berwajib. Ini pernikahan Atta dan Aurel jumlah pelaksanaan acaranya udah berapa kali, dan banyak banget tamu undangan yang hadir, tapi aman-aman aja. Malahan Presiden Joko Widodo menjadi saksi di acara pernikahan mereka. Nah, artinya model pernikahan kayak mereka yang justru gak digrebek sama pihak berwajib. Pernikahan yang biasa-biasa aja, cuma pasang tenda depan rumah dan saksi pernikahannya paling keren ketua RT, yang sering jadi sasaran.
See? netizen aja yang gak paham sama esensi acara televisi Indonesia
Acara televisi Indonesia emang terbukti punya banyak esensi, kan? ehe. Bukan pihak televisi yang seharusnya peka dengan konten di acara mereka. Tapi, kita sebagai penonton yang emang harus lebih jeli dalam menemukan esensi di setiap acara atau program.
Namanya juga di Negeri Wakanda, yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Selamat datang!