Aku adalah teman tetapmu. Aku adalah penolongmu yang terbesar atau bebanmu yang terberat. Aku akan mendorongmu maju, atau menyeretmu menuju kegagalan. Ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku, maka aku akan meletakkan dunia di kakimu. Kendorlah terhadapku, maka aku akan menghancurkanmu.
Siapakah aku?
Aku adalah kebiasaan.
Sean Covey, dalam bukunya yang berjudul The 7th Habits of Highly Effective Teens
Selama ini kebiasaan gue apa aja ya? Gimana kebiasaan-kebiasaan itu memengaruhi kesuksesan hidup gue? Apa kebiasaan-kebiasaan itu sudah baik? Atau justru memberi dampak buruk?
Pertanyaan-pertanyaan di atas muncul ketika gue membaca buku “The 7th Habits of Highly Effective Teens” karangan Sean Covey.
Kalo dilihat dari judulnya, buku ini ditujukan buat para remaja. Ah, tapi enggak kok! Menurut gue, buku ini bahkan sangat universal. Cocok dibaca dan diterapkan buat siapa aja, yang emang mau memperbaharui dirinya menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Karena kebiasaan lah, yang sebenarnya menjadi “pilot” di kehidupan kita. Sadar atau ga, kebiasaan menjadi setir dan mengambil andil besar dalam kesuksesan seseorang.
Baca juga: Alasan Kenapa Lo Harus Punya Teman dari Berbagai Bidang
Sekarang coba diingat, apa kita sudah membiasakan untuk bangun pagi? Membiasakan untuk selalu menepati janji, bahkan kepada diri sendiri? Membiasakan untuk tidak bilang “iya”, padahal sebenarnya kita tidak sanggup? (Hanya karena merasa “ga enak”, kemudian menjadi yes man).
Apa efek jangka panjangnya? Apakah berdampak baik bagi diri sendiri dan orang lain?
Dari riset yang dilakukan Sean Covey mengenai kebiasaan-kebiasaan remaja di Amerika, 7 Kebiasaan ini sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Kebiasaan tersebut antara lain:
- Jadilah proaktif, bertanggung jawab atas kebahagiaan atau ketidakberhasilan kita masing-masing
- Merujuk pada tujuan akhir
- Dahulukan yang utama atau menentukan prioritas
- Berpikir win-win solution
- Mendengarkan dahulu, baru didengarkan
- Bersinergi atau kolaborasi
- Asahlah gergajimu (memperbaharui dimensi fisik, spiritual, emosional, dan sosial)
Baca juga : Uniformity, Is It Good or Bad?
Seperti pepatah, “Hal terberat untuk melakukan sesuatu adalah memulai. Tapi itu bukanlah hal yang mustahil.”
Sama juga kayak kebiasaan, kalo belom biasa ya pasti susah buat dilakukan. Tapi bukan berarti ga mungkin buat memulai, kan?
“Gue belom biasa bangun pagi, nih. Gimana caranya bisa bangun pagi?”. Gampang! Tidur lebih awal, kurangi begadang. Atau, jangan-jangan lo punya banyak waktu tapi kebanyakan terdistraksi sama gadget atau hal-hal yang bikin buang waktu? Duhduh, udah waktunya berubah, deh!
“Capek deh! Yang ini mesti gue kerjain, semuanya gue yang handle.” Helow, lo ngerasa single fighter? Mau jadi pahlawan yang bisa ngelakuin segalanya? Kenapa ga minta tolong temen aja? Bersinergi dan bentuk kolaborasi, ya. Manusia kan makhluk sosial. Hidup bareng-bareng sama orang lain. Jadi jangan kayak orang susah, deh!
Bersikaplah proaktif, dan bertanggung jawab sama pilihan yang lo ambil. Jangan mentang-mentang tugas banyak, efeknya kesiangan, terus jadi nyalahin dosen. Lo nya aja yang kurang bisa nentuin prioritas dan manage waktu dengan baik. Pak Presiden, Isaac Newton, dan JK Rowling aja masih sanggup ngurus negara, bikin penemuan hebat, dan menciptakan Harry Potter sampai 7 seri. Emangnya 24 jam nya mereka beda sama 24 jam milik lo? Sama, kan! Sekarang masih mau ngelak apalagi?
Bibit kebiasaan perlu dilatih supaya jadi kebiasaan sejati. Entah itu kebiasaan baik, atau kebiasaan buruk. Simpel kan buat jadi sukses? Kuncinya ada di kebiasaan aja, kok. Kebiasaan akan menjadikan kita sukses, atau malah menghancurkan. Tinggal pilih aja, lo mau jadi yang mana?
Baca juga: Mannequin Egosentris
Image header credit: picjumbo.com