Buat Startup Masa Nyontek Dari Negara Lain?
Sekarang, hampir semua orang ingin untuk membangun startup. Tapi kebanyakan startup founder pemula mempunyai asumsi untuk selalu mencontoh startup yang sudah tahap growth. Padahal, belum tentu business model mereka bisa masuk ke dalam pasar Indonesia! Startup negeri lain dijiplak serta merta sehingga banyak dari ide mereka tidak menembus pasar Indonesia. Karena pasar di Indonesia dan pasar di negeri orang tidak sama, maka startup founder harus belajar untuk melihat masalah yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
Startup founder zaman now harus mulai dari tempat yang relevan juga. Jangan bermimpi bisa menguasai pasar global kalau tidak bisa menguasai lingkungan sekitar dulu! Ada 4 startup yang terbukti bisa berkembang dan menjadi terkenal berkat memecahkan masalah yang bersifat lokal. Ini cerita mereka!
Madhang, Startupnya Ibu-ibu Rumah Tangga
Rindu tidak dengan masakan rumahan? Kalo gitu cobain download Madhang. Madhang adalah startup buatan anak Pak Jokowi, Presiden Indonesia, Kaesang Pangarep.
Kaesang merepresentasikan Madhang (source: madhang)
Dari survey Madhang, setiap orang Indonesia mempunyai satu masakan favorit yang selalu menjadi nomor satu di lidah dan hati mereka: masakan ibu. Melihat masalah itu, Kaesang berusaha menghubungkan antara ibu-ibu rumahan yang gemar memasak dan orang-orang yang rindu, ingin makan masakan rumahan setiap hari. Sehingga lahirlah Madhang. Dengan fokus terhadap satu masalah, Madhang juga memecahkan masalah lain. Ibu-ibu di Indonesia yang gemar memasak akhirnya bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari memasak masakan rumahan. Startup Madhang akhirnya bisa berkembang dengan menjalin hubungan dengan startup unicorn lainnya seperti Grab untuk bisa memperluas pasar mereka.
eFishery, Memecahkan Masalah Industri Peternakan Ikan Indonesia
Bagi para peternak ikan di Indonesia, mereka merasa bersyukur kepada eFishery. eFishery adalah startup buatan Gibran Huzaefah yang menyediakan alat pemberi makan ikan secara berkala.
Gibran dan Efishery (source: The Jakarta Post)
Gibran melihat sebuah masalah lokal yang sangat mempengaruhi kehidupan peternak ikan. Peternak ikan mempunyai cara yang sangat primitif dalam memberi makan ikan. Proses tersebut berupa membuang makanan ikan ke dalam kolam dalam waktu – waktu tertentu dengan harapan ikan tersebut bisa mendapatkan nutrisinya. Tetapi setelah diukur, ternyata banyak masalah dari proses tersebut seperti pemberian nutrisi yang tidak merata, porsi yang tidak sesuai, hingga hilangnya nutrisi makanan ikan akibat waktu pemberian makan yang salah. Semua masalah ini menurut perspektif Gibran merupakan masalah utama para peternak ikan.
elihat masalah tersebut, Gibran membuat alat yang bisa membantu para peternak ikan untuk membuat “dosis” yang sesuai dengan jenis ikan yang mereka miliki. Lahirlah eFishery, sistem pemberi makan ikan otomatis. Dengan membantu para petani, eFishery sudah meraih penghargaan dari GIST bootcamp, Speedstars, dan Get in the Ring. Masalah lokal yang dipecahkan Gibran membantu dia menjadi semakin besar.
iGrow, Startup Yang Membantu Investasi Ke Dalam Industri Tani
Ingin mempunyai lahan pertanian sendiri? Sekarang saatnya kamu mengetahui tentang startup iGrow. iGrow merupakan startup yang menghubungkan antara petani dan investor. Petani Indonesia yang membutuhkan lahan untuk bertani, dihubungkan dengan para investor yang ingin berinvestasi dalam bidang pertanian.
iGrow, investasi yang berdampak (source: iGrow)
Cara kerjanya seperti ini, investor memilih lahan dan jenis tumbuhan yang akan ditanam. Setelah mereka membayar, maka iGrow akan menghubungkan mereka dengan petani yang bisa membantu mereka untuk mengolah lahan. Hasil dari keuntungan petani akan dibagi 40% untuk investor, 20% untuk petani, dan 20% untuk iGrow. Dengan sistem ini, iGrow memanfaatkan keragaman tanaman di Indonesia untuk membantu para Investor mendiversifikasi investasi mereka.
iGrow akhirnya mendapat pendnaan dari East Ventures dan 500 Startups pada tahun 2016. iGrow membuktikan bahwa setiap startup yang sukses harus mulai dulu dari masalah yang lokal.
Hijup, Startup-nya Para Hijabers
Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan yang besar dalam kultur masyarakatnya. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, semakin banyak warga Indonesia yang mendalami Kaidah Islam. Salah satunya adalah kaidah memakai hijab dalam kehidupan sehari-hari. Kesempatan inilah yang dipegang oleh Diajeng Lestari. Ajeng membuat sebuah startup bernama HijUp, ecommerce islamic fashion yang pertama di dunia.
Diajeng Lestari, founder dari HijUp.com (source: entrepreneurHUB)
Awalnya, Diajeng melihat sebuah peluang dengan berkembangnya pasar hijab di Indonesia. Tapi, dia melihat bahwa belum ada startup yang benar-benar memanfaatkan pasar ini di tahap online. Dengan bantuan sang suami, Achmad Zaky founder dari Bukalapak, maka Ajeng membuat startup yang melayani para muslimah di seluruh dunia.
Diajeng Lestari merupakan salah satu contoh terbaik dari “Think global, act local”. Berkat melihat satu masalah yang sebenarnya bersifat lokal, Diajeng Lestari mampu melihat ada masalah yang lebih besar yang berada di level global. Terbukti, HijUp sekarang menguasai dan memimpin pasar ecommerce islamic fashion di dunia.