Andreas Senjaya, CEO Badr Interactive, beberapa waktu lalu berangkat ke San Fransisco untuk mengikuti program inkubasi dan akselerasi 500accelerator yang diselenggarakan oleh 500startups. iGrow, salah satu startup dari Badr Interactive termasuk dalam 52 startup terpilih dari seluruh dunia untuk mengikuti program tersebut selama 4 hingga 5 bulan ke depan.
Perjalanan Andreas Senjaya di San Fransisco tentunya punya banyak ilmu dan pengalaman yang bisa dipelajari. Oleh karena itu, Ziliun akan berbagi tulisan dari Mas Jay selama ia mengikuti program 500accelerator ini. Untuk apa? Berbagi ilmu dan pengalaman, supaya kamu juga bisa ikut belajar apa yang Mas Jay dapatkan di program ini.
Tulisan ini adalah lanjutan tulisan sebelumnya yang berjudul 4 Mindset Penting untuk Meningkatkan Growth Startup (1).
Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang 2 mindset penting untuk dimiliki seorang entrepreneur dalam menciptakan growth yang baik bagi startupnya. Nah Kita kali ini akan melanjutkan 2 mindset lainnya, kedua poin ini lebih ke arah internal dalam mengatur tim kita sehari-hari.
Mindset #3 Love Your Data
Data adalah hal yang sangat penting dalam proses eksperimen tuk menemukan strategi meningkatkan growth kita. Tanpa data yang akurat dan representatif maka dapat membuat kita luput dari masalah atau aspek yang masih lemah dalam kinerja perusahaan.
Banyak para founder startup yang malas atau enggan untuk menganalisis data dari tools analytics yang digunakannya karena hal itu dianggap remeh dan buang waktu, padahal hal tersebut sangat penting.
Salah satu contoh data yang sangat penting untuk kita pantau dan optimasi adalah churn rate dari retensi penggunaan produk kita. Buat yang belum tahu, churn rate menunjukkan besarnya user produk kita yang berhenti subscribe/berhenti menggunakan produk kita dalam ukuran waktu tertentu.
Churn rate menjadi data yang sangat krusial karena dari sana kita bisa melihat seberapa baik retensi penggunaan/penjualan produk kita. Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh bagaimana churn rate dari waktu ke waktu divisualisasikan.
Baca juga: Balada Perkembangan Zaman, dan Kemajuan Problem Solver
Kalau CAC lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata revenue yang bisa dihasilkan oleh seorang user selama ia menggunakan produk kita berarti menjadi sebuah peringatan penting bagi tim kita untuk memperbaikinya. Jika hal tersebut dibiarkan akan terus menggerus kas perusahaan yang berujung kepada tidak adanya kas untuk mendanai operasional perusahaan. Kehabisan uang menurut Forbes adalah salah satu dari penyebab yang paling banyak menyebabkan sebuah startup tutup selain tidak mampu mencapai product-market-fit, salah memilih tim, dan kalah bersaing.
Baca juga: Mengapa Pengembangan Produk Startup Sering Kali Gagal Menghasilkan Growth?
Jika masih ada yang bingung bagaimana kita bisa memperoleh data-data tersebut, kita bisa menggunakan beragam tools analytics untuk memantau produk kita, Ada beberapa tools yang bagus seperti Google Analytics, Amplitude, Mixpanel atau Kissmetrics yang bisa kita gunakan. Jika ingin yang gratis bisa mempergunakan Google Analytics dulu untuk membiasakan diri dengan aktivitas memantau data-data kinerja perusahaan kita.
Aspek yang tidak kalah penting selain dari jenis data dan cara mendapatkannya adalah transparansi data tersebut ke seluruh tim kita. Hal ini membuat tim kita bisa mengetahui bagaimana kondisi perusahaan dan punya kesadaran internal bersama pada target kinerja yang ingin diraih. Salah satu perusahaan milik James Currier sampai menempatkan banyak screen yang menunjukkan data real time kinerja perusahaannya di ruangan kerja timnya.
Perbaikan remeh yang dilakukan setiap pekan tapi konsisten maka dalam 1 tahun misalnya, kita sudah memiliki 52 kali perbaikan. Bisa dibayangkan kondisi yang jauh berbeda dan besar dalam perjalanan tersebut.
Baca juga: Nggak Masalah Punya Misi Beda, Tapi…
Mindset #4 Build the Culture of Growth
Membangun budaya perusahaan yang berorientasi growth bukanlah sebuah hal yang mudah. Ia tidak hanya meliputi aspek struktural, tapi juga mental para anggota timnya. Ia adalah bentuk komitmen sang founder startup untuk punya mental yang selalu ingin pertumbuhan kinerja startup kita lebih baik dari waktu ke waktu dengan waktu yang efisien.
Dari aspek struktural misalnya, harus ada tim atau orang yang bertanggung jawab dalam aspek growth startup tersebut. Kalau kita lihat beberapa startup di Sillicon Valley mereka sudah banyak yang mengadakan posisi VP of Growth, atau Director of Growth. Kerjaan sehari-harinya berarti senantiasa melakukan eksperimen dan agresif meningkatkan growth perusahaan mereka.
Untuk startup yang baru berdiri tentunya belum bisa hingga membentuk tim khusus seperti itu, tapi paling minimal sang CEO harus ikut in charge dalam tim tersebut, baik itu ada atau tidak adanya tim dengan tanggung jawab khusus dalam meningkatkan growth.
Tim tersebut harus agresif menciptakan ide dan eksperimen baru setiap waktunya. Mereka tidak ragu untuk menciptakan taktik atau cara baru, karena ada banyak sekali kemungkinan optimasi yang bisa dilakukan untuk sebuah produk, terlebih bila masih baru.
Untuk kita yang ingin belajar tren terbaru tentang growth hacking bisa baca-baca materi di growthhackers.com , di sana banyak dibahas beragam teknik atau cara terbaru untuk menjadi inspirasi bagi tim kita.
Baca juga: 5 Prediksi Ekosistem Startup Teknologi Indonesia 2016
Yap, mungkin itu sharing-sharing singkat tentang sedikit inspirasi yang saya dapatkan dan padukan dari James Currier dan beberapa sumber-sumber relevan lainnya. Jika mindset tersebut bisa kita adaptasi dalam diri dan startup yang sedang kita jalani insyaAllah kita tidak terpaku pada salah satu strategi yang bisa jadi akan tidak lagi relevan dalam perjalanan waktu dan perubahan pasar. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Andreas Senjaya, dan sebelumnya dipublikasikan di blog pribadi Andreas Senjaya