Buat para pekerja, banyak sekali tantangan yang ada di mana di seluruh dunia terpaksa menghadapi krisis yang timbul gara-gara pandemi ini. Sebagaimana kita tahu, banyak sekali kasus PHK, layoff, dan efisiensi yang dilakukan oleh banyak perusahaan. Dilansir dari tempo.co 8 Juni 2020, di Indonesia sendiri udah ada 3,5 juta orang di-PHK gara-gara pandemi. Angka yang cukup besar ya 🙁
Gak cuma itu, COVID-19 seperti menampar orang-orang yang lagi ngerintis bisnis atau bangun startup. Coba aja bayangin, dengan tim yang masih kecil, dengan model bisnis yang masih di-develop, harus menerima kenyataan bahwa market sedang tidak baik.
Lalu, pertanyaannya gimana sih yang harus dilakukan oleh orang-orang yang masih di tahap ini? Pastinya, gak ada jawaban yang saklek yang diambil, karena situasi dan kondisi masing-masing perusahaan tentunya berbeda.
Untuk coba mendapatkan perspektif baru dari jawaban di atas, lewat Ziliun saya coba membahas “gimana sih bikin tim tangguh yang bisa bertahan di saat pandemi? Jawaban ini saya dapetin dari acara International Speakers Series yang dibawakan oleh Anne Caron yang merupakan Ex-Googler dan juga Founder dari Anne Caron Consulting.
Emang apa aja sih kuncinya dalam bikin tim yang tangguh? Mari kita breakdown satu-satu, kuy!
Sedikit cerita dari Anne 11 tahun yang lalu
Sebelum masuk ke kunci utama dalam membuat tim yang tangguh, Anne bercerita tentang pengalamannya 11 tahun yang lalu, di saat dia masih di Google, dan saat itu dunia sedang diterpa krisis keuangan global. Kondisinya, harga-harga saham di Eropa dan dunia lagi turun-turunnya. Anne dituntut untuk mengatur ulang proses rekrutmen di Google, dan dia harus nge-cut 50% jumlah orang yang akan direkrut. Gampangnya, saat itu Google butuh 1000 orang buat nge-develop bisnis mereka, tapi gara-gara krisis, Google cuma bisa masukin 500 orang buat jadi pegawainya.
Jadi langkah yang diambil saat itu, Google mencoba menciptakan tim yang tangguh, dengan memaksimalkan anggota tim yang berada di dalam serta orang-orang yang udah direkrut sampai kondisi bisnis benar-benar pulih. Tentunya, nggak gampang buat jalanin itu semua, di mana motivasi dan produktivitas orang-orang menurun gara-gara krisis.
Dibanding fokus untuk rekrutmen yang besar tiap tahunnya, Anne mendapatkan pelajaran di Google, bahwa lebih baik fokus ngebangun tim yang tangguh dengan mengadakan pelatihan di internal tim sekaligus membangun pipeline produk-produk yang akan diluncurkan di masa depan. Sangat dibutuhkan fleksibilitas di dalam tim, karena pada dasarnya krisis itu gak bisa diprediksi. Balik lagi, biar tim jadi tangguh itu apa sih yang harus dilakuin?
Kunci yang pertama, ciptain High Level of Collaboration
Hmm, gimana gimana? Yups, langkah pertama itu harus bikin tim yang kolaboratif dahulu. Iya sih, kayaknya enteng banget bikin tim yang kolaboratif itu kalo diomongin, tapi prakteknya itu kan susah banget, apalagi di tim yang anggotanya beragam latar belakangnya.
Nah, kalo dari Anne tuh, agar semua anggota tim kolaboratif, yang pertama, harus ciptakan rasa kepercayaan satu sama lain alias trust. Agar semua anggota tim saling percaya, gak cuman libatin mereka cuman di pekerjaan rutin sehari-hari yang emang ruang lingkup mereka, tetapi coba libatin mereka dalam project baru, yang di mana mereka bisa ngasih ide dan mereka bisa ambil part masing-masing.
Pokoknya, di saat pandemi gini harus sering mikirin hal apa lagi ya yang bisa dilakukan dari rumah masing-masing dan bikin sesuatu yang baru.
Poin ke-2, Bikin Goal sejelas-jelasnya
Kunci kedua setelah bikin tim yang kolaboratif, sebagai founder atau leader di dalam sebuah bisnis, kita harus bikin goals yang jelas. Maksudnya di sini tuh, setiap orang memahami dengan jelas apa yang seharusnya mereka lakuin, ruang lingkup tanggung jawabnya, serta “konteks” kenapa mereka harus ngelakuin beberapa hal.
Anne ngasih contoh kayak orang-orang yang ada di dunia penerbangan. Seorang pilot tugasnya memastikan setiap penumpang dan isi pesawat selamat, tapi gak cuman pilot aja, ada pengontrol lalu lintas udara yang ngasih tau kalo ada trouble terkait cuaca. Info dari pengontrol lalu lintas udara inilah yang nantinya berguna buat “keputusan” buat pilot dalam nerbangin atau mendaratin pesawat. Di sini semuanya punya tugas masing-masing, dan satu sama lain tau pentingnya peran mereka buat orang-orang.
Sama halnya di atas itu kayak di dalam sebuah bisnis. Bayangin aja, kalo pengontrol lalu lintas udara gak ngerti tugasnya apa, atau malah ga kerja dengan semestinya, yang ada lalu lintas udara kacau, yang akhirnya gak cuman ngerugiin perusahaan tapi juga orang banyak.
Makannya penting banget paham anggota tim tentang rolenya dia, serta konteks mengapa dia sangat penting di dalam sebuah tim ini. Di saat pandemi kayak gini harus bener-bener diterangin goals perusahaan itu apa?, di saat pandemi gini semua orang harus gimana? Lalu, ditambah dengan beberapa alat ukur kayak OKR/KPI yang kudu banget diikuti oleh semua anggota tim.
Yang ketiga, buat semua anggota tim mampu untuk berimprovisasi!
Dengan kondisi krisis, butuh banget banyak pemikiran yang “out of the box” dari masing-masing anggota tim. Anne ngasih contoh kayak di Google. Jadi, di Google itu ada culture 20% project. Di mana dengan adanya prinsip ini, para karyawan bisa luangin waktu & tenaganya sebanyak 20% di luar kerjaan hariannya, buat bikin project pribadi atau sampingan.
Tapi, kita gak perlu ikutin Google plek-plek kayak gitu kan di kondisi sekarang? Hal yang kudu dijalani itu cari tahu ide-ide baru, luar kebiasaan kita selama ini di dalam sebuah tim. Satu yang harus diingat, adalah jangan keburu takut buat melakukan kesalahan. Karena yang paling penting dari improvisasi ini adalah kita bisa cepet banget dapet learnings dari eksperimen yang bareng-bareng kita lakukan. Learning itu harganya “mahal” loh! Jadi gak ada salahnya buat mencoba.
Yang terakhir, yaitu ciptain Psychological Safety
Ini tuh merupakan ending-nya banget, buat memastikan hal-hal yang udah disebutin di atas bisa bekerja. Agar inovasi bekerja, penting banget kita memastikan keamanan psikologis semua anggota tim. Maksudnya tuh, semua anggota tim harus nyaman buat menyampaikan pendapatnya. Harus nyaman kalo sesuatu yang baru dikerjain itu berpotensi gagal.
Buat ciptain inovasi itu gak selalu muluk-muluk kok buat cari ide gila. Bisa aja nih ya, ide dari anggota tim kita yang sederhana itu ternyata dibutuhin banyak orang, yang akhirnya bikin perusahaan terus berjalan. Nah, di sini nih tugas bagi para Founder harus mendengarkan dan mengakomodasi ide-ide mereka.
Baca juga: Bagaimana Menjaga Semangat Tim Kita?
Serta yang juga harus dipahami, kita boleh banget salah, kita boleh banget buat berani ambil resiko untuk itu. Karena kalau gak nyoba apa-apa gak dapet learning apa-apa juga.
Jadi, buat make sure tim kita tangguh atau enggak? buat kamu yang merupakan Founder atau Manager di sebuah bisnis rintisan, coba perhatiin apa kita udah ngelakuin hal-hal di atas belum?
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat para Founder di luar sana, dan semoga tetap tangguh berjuang di kondisi kayak gini 😀
Semangat gengs!