Cofounder – n : also co-founder; an individual who starts a new business jointly with another person or persons (fellow cofounder or cofounders). Adapted from “The Company Crafters Entrepreneur’s Dictionary”
Ngomongin startup dan kolaborasi, kayaknya sih kurang seru kalo nggak ngomongin co-founder. Kayak yang Ziliun tulis sebelum-sebelumnya, nyari co-founder itu susah-susah gampang. Ibaratnya kayak kamu tuh nyari suami atau istri buat diajak jadi nahkoda startup yang mau dibikin. Nggak jarang lho, nyari co-founder lebih susah ketimbang nyari ide buat bangun startup.
Sebelumnya ziliun pernah nulis tentang gimana memilih co-founder yang tepat. Coba dibaca dulu, nggak lucu kan kalo di masa depan setelah ngalamin perjuangan berdarah-darah mendirikan startup ternyata partner kamu punya visi yang beda?
Baca juga: Kata Co-Founder Traveloka: Technology Destroys Jobs!
Orang Indonesia banyak nggak mau nyoba bikin sesuatu kalo nggak ada contoh suksesnya dulu. Dan kalo ngomongin co-founder, kamu bisa tengok daftar nama dibawah ini biar nggak ragu lagi milih co-founder yang tepat.
Keduanya adalah dalang yang dibalik terciptanya Apple. Kayak yang kita tahu, Jobs nggak cuman berperan sebagai inovator tapi juga menjadi orang yang bisa ‘menjual’ Apple ke khalayak luas. Sedangkan Woz, menjadi builder dibalik ide-ide terciptanya produk Apple.
Tahun 1998 mereka mendirikan Google dari bilik garasi rumah. Larry sekarang menjabat sebagai CEO yang punya tanggung jawab atas operasional harian Google dan memimpin pengembangan produk dan strategi teknologi perusahaan. Sedangkan Sergey memimpin project-project khusus Google.
Mereka membangun Microsoft, Gates selain memiliki kemampuan programming yang luar biasa, ia juga mampu menjual produknya dengan baik. Untuk urusan inovasi, ada Allen yang bisa dikatakan sebagai ‘idea man’ produk-produk Microsoft.
Keduanya bertemu ketika masih duduk dibangku Standford, sama-sama punya visi mendirikan perusahaan hingga Hewlett-Packard Company lahir. Lewat HP, Packard membuktikan bahwa ia bisa mengelola perusahaan, dan Hewlett terus memunculkan beragam inovasi teknologi hingga HP berkembang menjadi perusahaan besar.
Baca juga: Two Minds are Better Than One: Formula Memilih Partner Kolaborasi
Yang pasti sih ya, para co-founder ini musti punya kemampuan saling melengkapi dari segi skill. Yang satu punya kekurangan ya ditutupin, yang satu punya salah ya dibenerin, jangan sampe overlapping.
See? Two brains are better than one, but too much brain could kill you.
Image header credit: flickr.com/photos/weavster